Ulang Tahun Haram, Benarkah? Begini Kajian Ustadz Abdul Somad

Banyak yang mengatakan merayakan ulang tahun haram, benarkah? Begini kata Ustadz Abdul Somad

Penulis: Nani Rachmaini | Editor: Nani Rachmaini
pixabay.com
Ilustrasi 

Sesungguhnya Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, ia dapati orang Yahudi melaksakan puasa ‘Asyura. Rasulullah Saw bertanya kepada mereka, mereka menjawab: “Hari itu Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa. Maka kami melaksanakan puasa bersyukur kepada Allah Swt”.

Dapat diambil pelajaran dari riwayat ini bahwa melakukan perbuatan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan Allah pada hari tertentu, apakah dalam bentuk pemberian nikmat atau pun dijauhkan dari suatu musibah, lalu diulang kembali pada hari yang sama dalam satu tahun. Syukur kepada Allah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk ibadah, seperti sujud, puasa, sedekah dan membaca al-Qur’an. (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani).

Dengan demikian maka syukur atas nikmat bukanlah sesuatu yang diharamkan, akan tetapi dengan ungkapan syukur yang dibenarkan oleh syariat Islam dengan memperbanyak ibadah seperti yang disebutkan al-Hafizh Ibnu Hajar diatas.

Disamping itu kita juga mendoakan orang lain yang diberi nikmat oleh Allah dalam bentuk ucapan selamat, agar nikmat tersebut berkekalan, karena sesungguhnya ketika kita mendoakan orang lain maka sesungguhnya doa itu untuk diri kita sendiri.

Disamping syukur, hari kelahiran dimaknai dengan mengingat dan introspeksi diri bahwa umur bukan hadiah, akan tetapi umur adalah amanah yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

“Kaki anak Adam akan tetap berdiri pada hari kiamat di sisi Tuhannya, hingga ia ditanya tentang lima hal: umurnya kemana ia habiskan? masa mudanya kemana ia gunakan, hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia gunakan, apa yang telah ia amalkan dari ilmunya”. (HR. at-Tirmidzi).

Umur adalah ujian, dengan memberikan umur sesungguhnya Allah Swt sedang menguji apakah dengan umur itu hamba-Nya beramal atau tidak:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Dia yang telah menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya”. (Qs. al-Mulk [67]: 2). Jika kita masih hidup saat ini, maka sesungguhnya kita sedang diuji oleh Allah Swt apakah kita dapat membuktikan bahwa umur itu untuk mewujudkan amal terbaik.

Akhirnya, tak ada yang dapat diucapkan selain mengikut ucapan dalam untaian doa Rasulullah Saw:
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, jadikan kehidupan sebagai tambahan bagiku dalam semua kebaikan,
Dan jadikan kematian sebagai peristirahatan bagiku dari semua kejahatan”. (HR. Muslim).

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved