Kisah Komando AS Melawan 500 Orang Tentara Bayaran Rusia di Suriah

TRIBUNJAMBI.COM, WASHINGTON DC - Tembakan artileri itu begitu gencar sehingga membuat pasukan

Editor: ridwan
daily mail
ILUSTRASI- Seorang tentara AS mencari posisi penembak jitu musuh selama invasi Fallujah, Irak 

Dokumen itu menunjukkan, pos jaga di Conoco tersebut dihujani tembakan dari tank, artileri, hingga mortir. Hujan peluru itu membuat udara dipenuhi debu dan pecahan peluru. Pasukan komando AS kemudian menggunakan hujan debu itu sebagai perlindungan saat bergerak untuk menyerang dengan menggunakan misil anti-tank dan senapan mesin.

Selama 15 menit pertama, para perwira AS menghubungi para komandan Rusia agar menghentikan serangan. Saat upaya untuk menghentikan serangan tak berhasil, pasukan AS melepaskan tembakan peringatan dengan menggunakan meriam howitzer. Namun, pasukan penyerang terus maju.

Kemudian dari kejauhan, jet-jet tempur AS F-22, F-15E, pengebom B-52, AC-130, dan helikopter serbu AH-64 Apache serta drone Reaper tiba secara bergelombang. Selama tiga jam berikutnya, serangan udara dan artileri pasukan Marinir sukses menghancurkan pasukan musuh, tank, dan kendaraan tempur lainnya.

Sementara itu, pasukan reaksi bergerak ke medan pertempuran. Dalam suasana gelap dengan jalan dipenuhi lubang bekas bom, perjalanan sejauh 32 kilometer itu amat sulit, ditambah truk pengangkut tidak menghidupkan lampunya.
Para pengemudi truk hanya mengandalkan kamera penyensor panas untuk menyusuri jalan menuju ke medan pertempuran. Saat pasukan Green Berets dan Marinir mendekati ladang gas Conoco pada pukul 23.30, mereka terpaksa berhenti.

Hujan tembakan artileri musuh terlalu berbahaya bagi mereka untuk terus maju. Mereka menunggu hingga serangan udara bisa menghentikan tembakan artileri lawan. Di Conoco, pasukan komando AS yang terjepit tembakan artileri musuh, mulai kehabisan amunisi.

Pada pukul 01.00, di saat frekuensi tembakan artileri mulai berkurang, pasukan Green Berets dan Marinir mulai maju menuju pos Conoco dan mulai menembaki musuh. Saat itu, beberapa jet tempur AS sudah kembali ke pangkalan, karena kehabisan bahan bakar atau amunisi.

Dengan kedatangan pasukan tambahan itu, kini jumlah personel militer AS di lokasi pertempuran sebanyak 40 orang. Mereka mempertahankan posisi, sementara di sisi lain, pasukan bayaran Rusia turun dari kendaraan dan bergerak maju sambil berjalan kaki.

Sejumlah pasukan Marinir sudah kehabisan peluru senapan mesin dan misil Javelin tercecer di beberapa titik. Beberapa personel Green Berets dan Marinir melepaskan tembakan dari perlindungan mereka. Sisanya berada di dalam truk menembakkan senapan mesin yang terpasang di atap truk.

Satu jam kemudian, pasukan musuh mulai mundur dan pasukan AS menghentikan tembakan. Dari pos penjagaannya,pasukan komando AS menyaksikan tentara bayaran Rusia dan milisi Suriah mengambil mayat kawan-kawan mereka.

Sementara di pihak AS, tak ada personelnya yang terluka sementara dari aliansi Kurdi-Arab hanya satu orang yang terluka. Jumlah korban dalam pertempuran 7 Februari itu simpang siur. Awalnya, Rusia menyebut hanya empat warganya yang tewas. Seorang perwira Suriah mengatakan sekitar 100 tentara Suriah tewas.

Sedangkan dalam dokumen yang diperoleh The New York Times disebut 200-300 orang pasukan pro-Presiden Bashar al-Assad dinyatakan tewas. Namun, ada sejumlah pertanyaan tersisa terutama tentang informasi para tentara bayaran Rusia itu dan alasan mereka menyerang pasukan AS.

Intelijen AS menyebut, pasukan penyerbu itu bagian dari Wagner Group yang berada di Suriah untuk merebut ladang minyak dan gas untuk pemerintahan Assad. Intelijen AS mengatakan, tentara bayaran itu dijanjikan mendapat bagian dari produksi ladang minyak dan gas itu.

Para tentara bayaran itu tak memiliki kordinasi langsung dengan militer Rusia di Suriah meski para pemimpin Wagner Group pernah mendapat penghargaan di Kremlin dan mendapatkan pelatihan di pangkalan-pangkalan militer AS. Sedangkan, pasukan Rusia di Suriah bersikukuh mereka tak terlibat serangan terhadap militer AS tersebut.

Penulis : Ervan Hardoko

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved