Kopi Pagi
Sudahkah Anda Korupsi Pagi Ini?
Perang terhadap korupsi? Itu sudah pasti, harus.Koruptor semestinya diberi label teroris
JIKA dilemparkan pertanyaan kepada khalayak, kasus apa yang sekarang sedang hangat an akan selalu hangat, barangkali jawabannya adalah kasus korupsi.
Kasus-kasus korupsi seringkali terus berkembang, menyentuh ke sana-ke mari dan bergeliat tiada habisnya seolah menggambarkan dan mewakili banyaknya persoalan yang sedang kita hadapi.
Beribu kasus korupsi mendera kehidupan kita. Beribu kasus korupsi sedang menunggu sentuhan tangan para aparat terkait. Semuanya perlu segera diurai agar negara kita segera sehat dari sakitnya.
Korupsi memang tiada habisnya untuk dibicarakan. Dari dulu hingga kini tetap aktual. Dari dulu hingga kini tetap menjadi persoalan yang susah diakhiri. Lewat kajian sejarah kita semua mengetahui, korupsi mulai mencuat semenjak Kekaisaran Romawi ketika terjadi kasus penyuapan hakim, saat itu.
Baca: Pemecatan ASN Mantan Napi Korupsi di Tanjab Barat, Tunggu Petunjuk BKD Provinsi
Dalam sejarah Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Cina, Yunani, dan Romawi kuno, korupsi terjadi dalam bentuk dan aktivitas kepemerintahan. Misalnya di Babilonia,
Hammurabi yang memerintah tahun 1200 SM, pernah memerintahkan aparaturnya untuk menyelidiki masalah penyuapan.
Sementara Shamash (Raja Asiria), sekitar tahun 200 SM, menghukum hakim yang menerima uang suap. Berbagai cerita lainnya juga menunjukkan bahwa sejarah korupsi sudah setua sejarah manusia.
Kita tidak perlu heran, meski keberadaannya sudah terdeteksi sejak lampau, korupsi tetap tak terberantas. Seolah dia sudah membudaya, karena terjadi di bawah jaringan sistem sosial rumit.
Baca: Kisah Ahok Dipaksa Terima Uang Korupsi, Blak-blakan Ditawari Suap Miliaran Rupiah Untuk Tutup Mulut
Baca: Markas Polisi dan Rumah Ibadah Jadi Target Dua Terduga Teroris Tanjung Balai Sumatera Utara
Meski masyarakat seringkali menyederhanakan kasusnya, namun korupsi sebenarnya tidaklah terjadi dalam tataran sederhana. Perilaku korupsi sudah sedemikian masifnya dan menjadi sarana pencapaian tujuan tertentu.
Korupsi tidak berjalan sendiri. Ia ada karena sistem pemerintahan yang tidak transparan. Sistem pemerintahan yang tertutup tidak memungkinkan kebebasan atas akses
informasi yang kredibel dan memadai.
Di kehidupan berbangsa kita, korupsi adalah persoalan yang bersifat recurrent dan darurat. Korupsi selalu muncul sebagai burning issues yang berdimensi luas
yang selain dapat merusak tatanan hidup masyarakat, juga dijadikan isu-isu untuk merongrong kewibawaan pemerintah dan alat penegak hukum.
Memerangi korupsi, kita harus mengedapankan semangat perang. Semangat pemberantasan yang harus dikembangkan berdasar pikiran bahwa kondisi bangsa kita sedang dalam kondisi "darurat korupsi". Selain bertujuan menuntut keadilan, pemberantasan korupsi juga merupakan tuntutan menyelamatkan keuangan negara yang hilang.
Ke depan gerakan antikorupsi harus mampu menjadi gerakan bersama. Korupsi harus dilihat sebagai musuh bersama (common enemy) yang perlu segera dibasmi
sampai akar-akarnya. Sikap setengah hati melawan korupsi sudah tidak zamannya lagi bersemayan di hati.
Kita perlu selalu bercermin dari tindakan elite pemerintah selama ini, yang kurang menampakan usaha sistematis mengatasi korupsi. Sebutan budaya korupsi secara berulang-ulang belum mampu membuat para elit bergeming.
Sudah saatnya, kita secara bersama-sama mengupayakan pemberantasan korupsi tidak hanya sekadar wacana dan tidak ada tindak lanjutnya. Sudah saatnya pemberantasan korupsi tidak hanya menjadi ilusi. (RHR Dodi Sarjana}***