Kumis Tebal dan Rambut Panjang, Kisah Kopassus Harus Berhadapan dengan Manusia Sakti Tahan Peluru
Kisah Kehebatan Kopassus memang tak ada habisnya diceritakan, termasuk saat meletusnya G30S PKI yng menculik para Jenderal.
Namun, hal itu tak menyurutkan desakan para mahasiswa.
Baca: Sebentar Lagi! ini Link Live Streaming Persib Bandung vs Persebaya Surabaya di Liga 1 Indonesia
Oleh karena itu, Soekarno pun memaksa mengadakan sidang kabinet untuk membicarakan tuntutan mahasiswa, pada 11 Maret 1966.
Saat itu semua menteri datang, walaupun ada gangguan karena mahasiswa kembali demo, dan mengempiskan ban-ban mobil di sekitar istana.
"Yang secara mencolok adalah ketidakhadiran Soeharto yang dikatakan sakit tenggorokan ringan,"tulis Peter.
Peter melanjutkan, berdasarkan sebuah sumber, Soekarno sebenarnya telah diberitahu Duta Besar untuk Ethiopia yang baru saja pulang ke Jakarta, Brigjen Suadi semalam sebelumnya, bahwa pasukan-pasukan RPKAD berusaha menyergap istana.

Mendapatkan informasi itu, Soekarno pun menghubungi Panglima KKO Hartono yang mengulangi jaminannya, KKO siap menghadapi RPKAD.
Sementara saat Soekarno berpidato, satu di antara ajudannya menyela, dan menyerahkan selembar nota.
Setelah membacanya, Soekarno mengumumkan sesuatu yang amat penting telah mencekam dirinya, dan bermaksud meninggalkan tersebut sebentar.
Baca: Seru & Masih Berlangsung, Live Streaming Denmark Open 2018, 5 Wakil Indonesia Tanding di Semifinal!
Baca: Begini Cara Kerja Deep Layer Hifu
Dua pejabat lainnya saat itu, Soebandrio dan Chaerul Saleh juga mengetahui isi nota itu.
Begitu tahu isi nota tersebut, mereka juga pergi meninggalkan sidang.
"Nota itu berisi informasi sekelompok pasukan tak dikenal yang menanggalkan segala tanda pengenal mereka sehingga identitasnya tak diketahui, telah menduduki posisi mengepung istana," tulis Peter.
Menurut Peter, awalnya nota itu ditujukan kepada Pangdam Jaya, Amir Machmud.
Lalu, ia mengatkan tak apa-apa.
Belakangan, diketahui Soekarno meninggalkan sidang kabinet, dan menuju Istana Bogor.
Di sana Soekarno bertemu sejumlah pejabat, hingga menghasilkan Surat Perintah 11 Maret, atau yang biasa dikenal Supersemar.
Isi Supersemar "memerintahkan" Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu demi menjaga keamanan Presiden Soekarno, dan Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Simpatisan PKI yang Sakti Mandraguna dan Kebal Peluru ini Ternyata Takluk di Tangan RPKAD, http://jambi.tribunnews.com/2018/10/20/simpatisan-pki-yang-sakti-mandraguna-dan-kebal-peluru-ini-ternyata-takluk-di-tangan-rpkad?page=all.
Editor: ekoprasetyo