Kisah Bung Karno
Kisah Unik dan Lucu, Ketika Presiden Soekarno Membeli Kutang di Amerika
Apakah bisa dikumpulkan semua gadis-gadis penjual (pelayan toko) supaya saya bisa menentukan ukurannya
Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI.COM – Presiden Soekarno boleh jadi dianggap sosok yang ganas oleh penjajah, atau oleh Blok Barat yang dikomandoi Amerika dan Blok Timur yang dikomandoi Uni Soviet.
Namun di balik itu semua, Bung Karno adalah sosok yang sangat humanis, dan sangat mencintai keluarganya. Dia juga sudah tentu sebagai sosok yang sangat mencintai rakyatnya.
Salah satu bentuk kecintaan kepada keluarganya terlihat saat kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat, pada tahun 1956. Dia tidak melupakan pesanan oleh-oleh dari istrinya.
Kisah itu terangkum dalam buku ‘Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia’ yang ditulis oleh Cindy Adams, yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1965.
Banyak kisah unik yang diungkapkan dalam buku otobiografi tersebut. Salah satunya tentang saat-saat Soekarno ke toko membeli kutang untuk isterinya.
Pada buku tersebut diungkapkan Soekarno mendadak pergi ke sebuah toko serba ada. Petugas keamanan pun jadi kalang-kabut, karena mengunjungi toko ini di luar agenda Bung Karno.
Saat itu Soekarno menyatakan ingin ke toko membeli sepatu. “Saya akan mencari sepasang sepatu,” kata Soekarno kepada orang-orang yang mengawalnya.
Dia ditemani oleh Nyonya Eric Johnston, yang merupakan janda dari seorang bintang film.
“Nyonya Eric Johnston menemaniku ke sebuah toko besar di California, di hari aku teringat akan pesanan istriku, minta dibelikan kutang atau BH,” kata Soekarno tertulis dari buku itu.
“Mari kita pergi ke bagian pakaian dalam wanita,” ajak Soekarno kepada perempuan cantik yang menemaninya itu.
Gadis-gadis penjaga toko gelisah melihat Soekarno sudah lama di toko itu tapi belum memilih juga barang yang akan dibelinya. Soekarno bukan sengaja, tapi dia bingung dengan pesanan istrinya.
“Jadi kukatakanlah kepada gadis penjual yang sudah sangat gelisah menungguku. Bolehkan saya lihat salah satu penutup dada yang terbuat dari satin hitam,” kata Soekarno ke pelayan toko.
Lalu pelayan mengambil beberapa kutang seperti yang ditanyakan Soekarno. Presiden senang, tapi ternyata masih ada yang belum diketahuinya, yakni ukuran yang tepat untuk istrinya.
“Nyonya Johnston mendesak dengan hormat agar aku memilih,” ungkap Bung Karno.
Akhirnya Soekarno menerangkan kesulitannya kepada Nyoya Johnston. “Apakah bisa dikumpulkan semua gadis-gadis penjual (pelayan toko) supaya saya bisa menentukan ukurannya,” tanya Soekrno.
Bung Karno sebenarnya kasihan pada Nyonya Johnston harus menjalankan perintah itu. Tapi apa daya, situasi mengharuskan demikian.
Maka berjejerlah gadis-gadis di toko itu di hadapan Bung Karno. Dengan cara yang sopan, Soekarno meneliti mereka satu persatu.
Sambil memperhatikan, Soekarno berkata, “Tidak engkau terlalu kecil, engkau kebesaran…,”
Kemudian Soekarno menunjuk seorang perempuan dan mengatakan, “ engkau ang cocok sekali. Aku akan mengambil ukuranmu,” ucap Bung Karno.
Ketika sampai di Tanah Air, dan menyerahkan kutang satin hitam itu kepada istrinya, Bung Karno mengatakan ukurannya sangat cocok. “Ukurannya sangat pas pada istriku,” kata Soekarno. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/presiden-soekarno_20180905_175457.jpg)