HUT TNI ke 73

Saat TNI Berambut Gondrong Kebingungan Bertemu Musuh dengan Gaya Rambut yang Sama

Sosok anggotan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di mata dunia sudah memiliki pakem yang sangat khas.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Garda Nasional
Tak ingin ditembak duluan, Mursihadi kemudian berhasil menembak mati Si Fretilin gondrong dalam kontak tembak yang berlangsung singkat 

TRIBUNJAMBI.COM - Sosok anggotan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di mata dunia sudah memiliki pakem yang sangat khas.

Tangguh, dan berpenampilan rapih dengan rambut cepak menjadi ciri khas TNI dari masa lampau hingga saat ini.

Namun berbeda dengan satu misi di zaman dulu dalam Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste).

Operasi Seroja yang dimulai di akhir tahun 1975 kemudian berlanjut sampai operasi pemulihan keamanan hingga tahun 1999, ternyata membawa hal menarik untuk dicermati.

Salah satu hal yang menarik untuk disimak adalah gaya dan penampilan para prajurit TNI di sana.

Saat itu seringkali dijumpai para prajurit Indonesia di lapangan dengan kombinasi penampilan unik dan tak lazim.

Gaya berpakaian dengan berbagai model potongan rambut pun bervariasi. Lain dengan saat ini, saat potongan rambut seorang tentara harus cepak, rapi dan berseragam.

Baca: Saling Bertaruh Nyawa, Duel Maut Anggota Kopassus & Grilyawan ini Mencekam di Pedalaman Kalimantan

Baca: Anthony Ginting Menyusul Jojo dan Tommy, Maju ke Perempatfinal Korea Open 2018

Jika diumpamakan, potongan rambut mereka lebih mirip artis-artis Indonesia yang saat itu tengah naik daun.

Tampaknya tak terlalu berlebihan jika model potongan rambut mereka meniru para artis tahun 80-an.

Namun, tentara-tentara yang bertugas di Bumi Loro Sae itu tentu memiliki alasan tersendiri tentang gaya rambut dan penampilan berpakaian mereka.

Foto pasukan TNI dalam operasi Seroja di Timor Timur
Foto pasukan TNI dalam operasi Seroja di Timor Timur (Garda Nasional)

Penempatan di pos-pos yang jauh di pedalaman, membuat prajurit Indonesia melahirkan gaya tersendiri yang tak seperti biasanya.

Bagaimana tidak? Posisi mereka yang amat jauh tentu sangat menyulitkan untuk dropping logistik, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk menjaga penampilan mereka, seperti merapikan rambut seperti penampilan tentara pada umumnya.

Sehingga dapat dikatakan gaya tersebut muncul dikarenakan keadaan. Namun lain ceritanya jika digunakan sebagai penyamaran.

Ketika Operasi Seroja belum resmi diumumkan, berpakaian seadanya dengan rambut gondrong merupakan sebuah kewajiban dalam hal penyamaran.

Baca: Satreskrim Polres Muarojambi Tangkap Pelaku Pencurian, Korbannya Pegawai Bank Mandiri

Baca: Saat Sandiwara Berhasil Dibuat 5 Anggota Kopassus Nekat Demi Hadapi Ratusan Pemberontak di Pekanbaru

Hal tersebut dimaksudkan mereka agar tidak nampak sebagai personel Tentara Nasional Indonesia.

Jadi lebih terlihat sebagai para milisi atau penduduk setempat, yang kebanyakan juga berpenampilan gondrong seperti itu.

13082018_tentara gondrong
13082018_tentara gondrong (wikipedia)

Jika dikelompokkan, ada tiga tampilan khas pasukan Indonesia saat bertugas di Timtim. Ketiga mode itu antara lain:

-Pertama : rapi dengan seragam lengkap.

-Kedua : rambut gondrong dan berseragam lengkap.

-Ketiga : rambut gondrong dengan pakaian kombinasi.

Pertama, rapi dengan berseragam lengkap. Biasanya, mereka adalah pasukan yang baru datang.

Atau kalau tidak, mereka akan kembali pulang ke markas. Prajurit yang baru saja diterjunkan biasanya masih membawa perlengkapan yang lengkap serta berpotongan rapi.

Demikian juga ketika mereka akan ditarik dari medan pertempuran. Mereka akan berusaha serapi mungkin, dengan potongan rapi, dan penampilan yang bersih.

Kedua, rambut gondrong dan berseragam lengkap. Setelah beberapa bulan penugasan di medan, rambut seorang prajurit akan tumbuh lebat.

Apalagi jika mereka berada di dalam hutan berbulan-bulan, dapat dipastikan rambut tumbuh dengan lebatnya. Demikian juga kumis, jenggot, serta jambang mereka.

Ketiga, rambut gondrong dengan pakaian kombinasi. Jika tidak sempat bercukur atau memotong kumis, maka para prajurit benar-benar berpenampilan tidak rapi.

Ditambah pakaian seragam yang tidak layak pakai, karena belum mendapat jatah seragam baru dari basis.

Akibatnya, banyak dari mereka yang mengenakan baju seragam dengan bawahan celana sipil, ataupun sebaliknya.

Jika benar-benar kehabisan seragam, mereka hanya mengenakan seragam sipil biasa.

Kadang pula ditemui prajurit dengan pakaian olahraga atau dengan kaos dengan mengenakan celana loreng.

Namun ada juga beberapa prajurit yang masih memiliki seragam bagus.

Mereka sengaja menyimpan, atau memakai seragam loreng hanya dalam kesempatan tertentu. Misalnya ketika ada kunjungan dari petinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved