G 30S PKI Pecah, Begini Suasana Pejara Madiun yang Dipenuhi Tahanan Politik 'Korban'Orde Lama
Hari Jumat, tanggal 1 Oktober 1965, kira-kira jam 1 siang para tahanan sedang istirahat di kamar masing-masing.
Lihatlah, bagaimana lihainya gembong-gembong PKI menciptakan satu psywar dengan “memutarbalikkan” keadaan yang sebenarnya.
Tetapi, alat-alat negara lebih lihai dan tidak dapat dikelabui. Akhirnya konsentrasi Pemuda-pemuda Rakyat itu dibubarkan oleh CPM.
Wakil Komandan RTP sudah mengakan kontak dan hubungan dengan instansi-instansi yang berwenang, terutama mengenai keamanan.
Sore itu juga penjagaan di depan rumah penjara itu diperkuat dari yang biasa. Pada malam harinya terdengarlah pidato-pidato Komandan resimen Madiun, Letkol Willy Sudjono, yang menyatakan dengan sikap yang tegas akan menghancurkan setiap tindakan yang menyokong atau berpihak kepada kaum pemberontak.
Dalam pada itu, info-info yang sampai kepada kami menggambarkan bahwa tentara setempat sudah mengatur persiapan-persiapan pengamanan yang diperlukan.
Bahkan dikabarkan bahwa pasukan panser dari Malang malam itu juga sudah masuk kota Madiun.
Keadaan dan posisi kami sebagai orang tahanan tidak dapat berbuat secara leluasa. Kami berada dalam posisi yang sulit.
Asosiasi pemikiran selalu teringat kepada peristiwa pemberontakan PKI/Muso yang terjadi di kota Madiun pada tahun 1948.
Timbul pertanyaan: Apakah kaum pemberontak tidak merencanakan kota Madiun sebagai salah satu basis mereka, atau sekurang-kurangnya menjadi terugval basis?
Jarak antara Madiun dengan Solo – di mana stasiun radionya sudah dikuasai oleh kaum pemberontak – hanya lebih kurang 100 km.
Andaikata kekuatan-kekuatan kaum pemberontak sampai merembes ke daerah Madiun, maka sudah pasti penjara tempat kami ditahan itu akan menjadi salah satu sasaran dan kami akan “konyol” begitu saja.
Baca Juga : Membunuh Tanpa Suara, Salah Satu Materi Sekolah Anti Terorisme dan Komunisme di Amerika Serikat
Walaupun kami mengetahui bahwa pada waktu yang akhir-akhir ini kota Madiun sudah berangsur-angsur juga menjadi daerah minum bagi PKI, terbukti dari kekalahan calon-calon PKI dalam pemilihan untuk jabatan Lurah, yang telah berkali-kali dilangsungkan, tetapi hal itu tidaklah boleh dijadikan ukuran untuk memandang kecil kekuatan lawan.
Memang, tatkala terjadi pemberontakan PKI/Muso pada tahun 1948, salah satu kekuatan mereka di kota Madiun pada waktu itu ialah lantaran pimpinan kesatuan tentara setempat berada di tangan perwira-perwira yang berhaluan komunis.
Sekarang, 17 tahun kemudian, pimpinan dan kesatuan tentara di Madiun boleh dikatakan anti-komunis, sehingga keadaan itu merupakan faktor yang dapat memberikan sedikit kelegaan.