Layaknya 'Neraka' Latihan Kopassus Disebut Sangat Keras dan Sungguh Menyeramkan

Bukan hanya reputasi dan pengalaman bertempur, Kopassus juga sudah teruji dalam penanganan teror.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
net
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) 

TRIBUNJAMBI.COM - Kehadiran pasukan elite TNI, Kopassus, di setiap misi mengundang decak kagum pasukan negara-negara lain.

Bukan hanya reputasi dan pengalaman bertempur, Kopassus juga sudah teruji dalam penanganan teror.

Satu di antaranya teror aksi penyanderaaan pesawat Garuda Woyla.

Dalam tiga menit, Kopassus mampu membebaskan sandera dan menghabisi para teroris.

Pasukan Kopassus juga menonjol di antara pasukan dari negara lain.

Kisahnya saat Kopassus berlatih dengan pasukan Komando Korea Selatan, Pasukan Batalyon 707.

Kisah itu dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia, yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W.

Kopassus mampu mengimbangi kemampuan pasukan Komando Korea Selatan yang berlatih di dalam sungai es yang membeku.

Baca: Bantingan Baret Benny Moerdani yang Kejutkan Seisi Ruangan, Kesal Rekannya Didepak dari Kopassus

Meski tinggal di daerah tropis yang notabene bersuhu panas, namun prajurit Kopassus sepertinya langsung bisa menyesuaikan diri dengan suhu udara dingin yang menusuk tulang.

Kedua pasukan dari Kopassus dan Korsel tersebut berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju.

Area untuk latihan antiteror pemebasan sandera maupun pertempuran jarak dekat, yang dilengkapi pesawat Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank.

Meski ahli dalam perang hutan pasukan Kopassus juga harus mampu bertempur di daerah bersalju dan wilayah ekstrem lainnya.

Cuaca dingin yang dirasakan di daerah tersebut tak lagi jadi halangan para prajurit Kopassus.

Bahkan, ketika ada latihan fisik berupa lomba lari menuju bukit dengan pasukan Korea, prajurit Kopassus bisa mencapai puncak lebih dulu.

Baca: Mbah Suro, Simpatisan PKI yang Sakti Mandraguna, Namun Keok Dalam Serbuan Kopassus

Jadi "neraka" latihan Kopassus

Pasukan elite TNI AD Komando pasukan Khusus atau Kopassus, memang sudah terkenal kehebatannya. Namun, sebelum seorang prajurit mendapatkan baret merah dan brevet komando kebanggaan korps tersebut, prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan batas manusia.

Tahapan pertama yang harus dilalui adalah Tahap Basis, yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung.

Di sini, calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar.

Seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.

Baca: Nama Ahok Dibalik Kesuksesan Asian Games 2018, Akun Facebook ini Ungkap Hal itu

Selesai latihan basis, dilanjutkan dengan Tahap Hutan Gunung yang diadakan di Citatah, Bandung.

Di sini, para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan. (YouTube)

Dalam Pelatihan Survival, calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.

Dengan latihan ini Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.

Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.

Kopassus Grup 3 Sandi Yudha
Kopassus

Dalam bukunya yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan, yang diterbitkan QailQita Publishing, 2014, mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.

Mengintip "neraka" di Cilacap

Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.

Di sini, materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.

Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.

Baca: VIDEO: Launching Tempat Baru dengan Dua Lantai, Informa Semakin Lengkap

“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata Pramono.

Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.

Selama “pelolosan” si calon harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.

Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.

Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.

Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.

Baca: Saat Adik Ahok Mengenang! Karena Prabowo Subianto, Kakaknya Bisa Jadi Gubernur DKI

Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.

Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.

Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp tawanan ini semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.

“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.

Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.

Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.

Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2000 meter.

Baca: Nama Ahok Terus Jadi Pembicaraan Walau sedang Dibalik Jeruji Besi, Kenapa?

“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus ini.

Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved