Herman Keluarkan 2 Granat di Ketinggian 14.000 Kaki, Pembajakan Pesawat Merpati MZ-171
Suara mesin dan baling-baling yang terus berputar, membuat pembajak tak melihat aksi nekat Bambang. Pembajakan pertama kali di Indonesia.
TRIBUNJAMBI.COM - Saat itu, pesawat Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 171 ( MZ-171) sedang berada di ketinggian 14.000 kaki di atas langit Tegal. Seorang penumpang tiba-tiba memaksa masuk ke cockpit.
Dua buah granat ternyata berada digenggaman penumpang yang bernama Hermawan.
Ini disebut-sebut sebagai kisah pembajakan pertama di Indonesia.
Peristiwa pembajakan itu terjadi pada 15 April 1972, saat pesawat Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 171 (MZ-171) terbang Manado-Makassar-Surabaya-Jakarta.
Pesawat itu dibajak seorang penumpang dan dipaksa mendarat di Bandara Adisucipto Yogyakarta.
Saat di ketinggian 14.000 kaki, di atas langit Tegal, seorang penumpangnya memaksa masuk ke cockpit. Seorang awak kabin mencoba melarang, namun Hermawan memperlihatkan dua buah granat buatan Republik Rakyat China di genggamannya.
Spontan awak kabin bergeming dan membiarkan Hermawan masuk ke cockpit. Di sana, dia mengancam pilot Captain Hindiarto dan copilot Captain Soleh. Hermawan mendesak supaya pilot memutar haluan pesawat ke arah timur.
Ternyata, pembajak yang merupakan desertir prajurit KKO TNI-AL mencoba nekad membuka pintu pesawat pada ketinggian tersebut. Tetapi, sang pilot berteriak mengingatkan.
Baca: Ban Pesawat Dikempis sampai Kejar Perompak ke Pantai, Aksi Nekat Kopassus, Kopaska dan Marinir
Baca: 1999, 80 Anggota Paskhas Siap Genggam Granat saat Pangkoopsau Ditodong Senjata Pasukan Interfet
Baca: Pagi Harinya saat Ukur Landasan, Letnan Nurasid Kaget, Pilot Nekat Angkut RPKAD ke Sulawesi
"Jika Bapak membuka pintu pesawat pada ketinggian ini maka anak telinga saya akan pecah, demikian pula telinga Bapak," kata pilot.
Mendengar peringatan itu, pembajak mengurungkan niat.
Pesawat itu akhirnya berhasil mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta.
Minta tebusan Rp 20 juta
Setibanya di darat, pembajak melalui radio ke ATC (Air Traffic Control) Bandara Adisucipto menuntut tebusan Rp 20 juta. Itu merupakan jumlah yang sangat besar pada masa itu, seperti dikutip dari wikipediadan sumber lain.
Pada tahun-tahun itu, otoritas keamanan, seperti kepolisian dan TNI AU, masih awam dengan kasus pembajakan pesawat.
Namun, Komandan Lanud Adisucipto bergegas mengerahkan pasukan Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas) TNI AU, untuk mengepung pesawat yang parkir di apron dengan mesin masih menyala.
Tak lama kemudian, petugas kepolisian Koresko 961 (Komando Resort Kepolisian Kota) Yogyakarta di bawah pimpinan Letnan Kolonel Polisi Sujono telah berada di ruang operasi bandara, untuk membicarakan strategi pembebasan sandera.
Aksi intelijen
Sudah beberapa menit berlalu, tapi otoritas keamanan setempat masih bingung mencari cara membebaskan para sandera. Saat itu belum ada pengalaman dan SOP.
Seorang intelijen polisi bernama Inspektur Polisi Tingkat II (IPDA) Bambang Widodo Umar, tidak diijinkan masuk ke kawasan bandara, lantaran berpakaian preman.
Dari rel kereta api di dekat kawasan bandara, alumni Akabri Kepolisian 1971, itu melihat sebuah pesawat baling-baling dengan mesin masih menyala persis di apron bandara.
Bambang yang masih 24 tahun baru 5 bulan lulus. Sebagai perwira intel, dia tidak berseragam polisi. (24 tahun). Perawakan tubuhnya tidak terlalu besar masih seperti anak SMA.
Bedanya, dia menyelipkan sebuah revolver Colt Special besar di pinggangnya.
Setelah melambung melewati berbagai jalan tikus, Bambang akhirnya bisa masuk ke ruang tunggu penumpang.
Di ruang tunggu tersebut sudah ramai pejabat dan petinggi aparat keamanan. Ada Pangkowilhan II, Danrem, Dantares, dan Danres Yogjakarta, semuanya sedang berkoordinasi.
Dalam suasana tersebut, percakapan detail antara pembajak hanya berlangsung dengan petugas menara Air Traffic Control (ATC) yang selanjutnya diteruskan ke para pejabat di ruang tunggu.
Dari pembicaraan para jenderal dan petinggi keamanan yang terdengar oleh Bambang, sempat menyebut-nyebut pembajak minta uang tebusan sebesar Rp 20 juta. Namun, uang sebanyak itu disebut-sebut tidak bisa didapatkan, karena uang yang dikumpulkan dari bank-bank di Yogyakarta pun tidak mencapai jumlah sebanyak itu.

Saat itu juga, ada rencana menembak pembajak dengan peluru bius, karena pembajak disebut-sebut akan meledakkan pesawat.
Sambil mendengarkan percakapan para petinggi aparat keamanan itu membuat berbagai rencana untuk melumpuhkan para pembajak, mata Bambang terus mengawasi pesawat.
Kebetulan, dari tempat ia berdiri bisa dengan leluasa menghadap kearah pesawat.
Setelah memperhatikan dengan saksama, Bambang melihat sesuatu yang aneh pada pesawat yang dibajak.
Dari jendela cocpit ada tangan melambai-lambai. Bambang tidak mengerti apakah itu tangan pilot atau tangan co-pilot.
Waktu itu hari sudah hampir magrib. Saat tangan melambai-lambai di jendela cocpit, di kabin penumpang tampak ada bayangan orang berjalan mondar-madir.
Jika jendela kocpit tertutup, bayangan orang mondar-mandir itu hilang. Keadaan itu berlangsung berkali-kali. Bambang menyimpulkan, bayangan orang yang berjalan mondar-madir itu bisa jadi si pembajak.
Rupanya perkiraannya benar.
Dari informasi yang disampikan oleh pilot ke petugas di air traffic control dan diteruskan ke para pejabat di ruang tunggu bahwa, pembajak mulai panik karena tuntutannya tidak dipenuhi. Dia mengacak-acak barang milik penumpang.
Situasi itu benar-benar Bambang manfaatkan.
Spontan saja, berbekal pengamatannya, Bambang memberanikan diri berjalan dan berlari-lari kecil mendekati pesawat.
Tanpa ada rasa takut, Bambang dengan berjingkat-jingkat mendekati pesawat. Arah yang dituju adalah moncong pesawat, jendela tempat di mana pilot atau co-pilot melambai-lambaikan tangannya.
Namun, body pesawat itu terlalu tinggi buat Bambang.
Dengan setengah berteriak, dia meminta bantuan seorang petugas apron untuk menarik tangga di dekat pesawat.
Suara mesin dan baling-baling yang terus berputar, membuat pembajak tak melihat aksi nekat Bambang.
Akhirnya, dia berhasil menggeret sebuah tangga.
Walaupun sudah naik tangga, Bambang tetap tak bisa leluasa menembak pembajaknya. Jendela cokpit hanya sampai di muka Bambang.
Pilot teriak
Baru saja dia menyodorkan kepalanya, sang pilot yang berbaju putih setengah berteriak. “Mana duitnya!”
Belum juga menjawab pertanyaan yang mengejutkan itu, jendela ditutup kembali, Bambang langsung melorotkan tubuhnya menghindari penglihatan pembajak yang memasuki cokpit. Bersembunyi di leher pesawat.
Bambang sempat melihat ke sekeliling dan melihat aparat yang mengepung di kanan kiri pesawat, tetap bersiaga pada posisinya masing-masing, tanpa ada upaya apa pun.
Setelah jendela cokpit kembali terbuka, sebagai tanda pembajak berada di belakang, kembali Bambang menaiki tangga.
Kali ini, dia menjulurkan tangannya dengan mengangkat pistol tujuannya menunggu pembajak masuk ke cocpit. Dia akan menembak.
Baca: Kolonel Moeng Telan 6 Telur Ular Sanca, Mau tak Mau Siswa Kopassus Jawab Siap, Lalu Ikut Makan
Namun posisi untuk menembak itu buat Bambang cukup sulit, karena tinggi dirinya tidak sampai menjangkau jendela secara penuh.
Melihat kondisi tersebut sang pilot setengah berteriak,
“Saya AURI, saya AURI, saya bisa menembak.”
Mendengar teriakan lirih pilot yang meminta pistol, Bambang secara reflek memberikan pistolnya kepada sang pilot.
Suasana tegang itu berlangsung lima menit lamanya.
Mendadak co-pilot dan pilot turun dari pesawat tergesa-gesa.
Ternyata tembakan telah dilepaskan dan pembajak Hermawan telah mati.
Captain Hindiarto menuturkan kepada Kompas, bahwa tembakan pertama yang dilepaskan, tepat mengenai leher si pembajak.
“Saya yakin satu tembakan itu sudah mematikannya,” kata Hindiarto.
Tapi karena Co-pilot Soleh berteriak, “Tembak lagi Cap,” maka dua peluru menyusul menembus tubuh si pembajak, yang terguling menutup api yang sudah menyala, sehingga api padam (api ini sulutkan Hermawan pada serbuk TNT yang ditaburkan di lantai pesawat).
“Sungguh miracle (mukjizat), saya masih hidup,” kata penerbang Merpati asal Solo ini.
Tiga peluru yang dimuntahkan bekas penerbang DAUM (Djawatan Angkutan Udara Militer) tersebut menyarang di kepala Hermawan.
Peluru menamatkan riwayat pembajak dan drama pembajakan pertama di Indonesia.
Baca: Hujan Tembakan saat Paskhas Turun dari Helikopter, Risiko Penyelamatan Pilot tempur Rp 1 Miliar
Baca: Pesawat Jatuh di Pekarangan Rumah Warga di Gunung Kidul, Pilotnya Vokalis Endank Soekamti
Baca: Hujan Tembakan saat Paskhas Turun dari Helikopter, Risiko Penyelamatan Pilot tempur Rp 1 Miliar