Mengungkap Tabir G 30S PKI: Pencungkil Mata Ternyata Tidak Ada Seperti Dalam Film dari Hasil ini

Oktober 1965 bisa disebut sebagai masa kelam bagi dunia pers Indonesia, juga buat seluruh masyarakat Indonesia.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
net
Penghianatan G30S/PKI 

Tapi ada fakta lain yang mengejutkan, tidak ada pencukilan mata dan pemotongan penis para korban.

Dalam kondisi saat itu, tidak mudah bagi para para ahli forensik mengatakan hal yang sebenarnya.

Baca: Razia Kendaraan Gabungan di Tebo Tengah, 31 Surat Tilang Keluar

Baca: Tes Penerimaan CPNS Untuk Area Provinsi Jambi Dilakukan di Tiga Lokasi Berbeda

Seolah ada ketakutan, kalau menuliskan apa adanya, kemungkian mereka dicap sebagai PKI sangat besar.

Oleh karena itu, visum et repertum melaporkan seperi apa yang dimuat di Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata.

Tidak Ada Pencukilan Mata

Cerita “pencungkilan” mata dan “pemotongan” penis sejatinya sudah terlebih dahulu terdengar di masyarakat sekitar.

Tepatnya setelah para korban G30S ditemukan di dalam sumur di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 4 Okotober 1965.

Tujuh mayat jenderal itu lantas dibawa ke RSPAD guna diotopsi.

Untuk menangani mayat-mayat tersebut, dibuatlah tim yang terdiri dari dua dokter RSPAD, yaitu dr Brigjen. Roebiono Kartopati dan dr. Kolonel. Frans Pattiasina; lalu ada tiga dari Ilmu Kedokteran Kehakiman UI, Prof. dr. Sutomi Tjokronegoro, dr. Liau Yan Siang, dan dr. Lim Joe Thay.

Mereka bekerja delapan jam dari sore 4 Okotber sampai 5 Okober 1945 dini hari di kamar mayat RSPAD.

Sesuai perintah, tim ini mengidentifikasi korban dan melakukan autopsi bagian luar jenazah.

Baca: Siap-siap Ada 255 Kursi, Ini Formasi Terbanyak Seleksi CPNS Batanghari 2018

Baca: Buka TC Porprov, Targetkan 20 Emas, Wako AJB: Optimalkan Potensi, Ikuti Secara Serius

Dari identifikasi itu, tim berkesimpulan, para jenderal tersebut mendapat penyiksaan sebelum dibunuh dan dikubur dalam sumur tua di Lubang Buaya.

Tapi, ada fakta baru, tidak ditemukan sama sekali bukti bahwa mereka dicungkil matanya dan dipotong penisnya.

Penemuan itu bukan berita baik tentunya bagi tim tersebut, justru membuat mereka tertekan.

Sebelum mengeluarkan laporan, mereka terlebih dahulu melakukan pembicaraan khusus guna menentukan sikap, menulis yang benar atau melaporkan seperti yang berkembang di masyarakat.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved