Ban Pesawat Dikempis sampai Kejar Perompak ke Pantai, Aksi 'Nekat' Kopassus, Kopaska dan Marinir

Akhirnya, diam-diam ban-ban pesawat itu dikempiskan sehingga pesawat tidak dapat lepas landas. Kemudian, terjadi ....

Editor: Duanto AS
Kolase anggota Kopassus di Thailand dan lubang-lubang di dinding pemisah pesawat, Kamis (9/4/1981). (Kompas/Kartono Ryadi/Dudy Sudibyo) 

Satu pesawat diterbangkan dari Halim dengan membawa Pasukan Khusus Anti Teroris. Ke mana pun DC-9 Garuda diterbangkan, ke situ pula tentara Indonesia akan mengejar.

Muangthai langsung memperbolehkan pesawat itu mendarat setelah mendengar kekerasan hati Indonesia. Kisah penyerbuan terhadap pembajak DC-9 Garuda Woyla kemudian masih dikenang selama berpuluh-puluh tahun kemudian.

Ada kekaguman pula tiap kali mendengar langkah tentara Indonesia untuk langsung terbang ke Bangkok demi menyelamatkan sandera Indonesia.

Merpati Air 4 April 1972

Sebelum pembajakan terhadap DC-9 Garuda Woyla, Kompas mencatat setidaknya ada dua pembajakan pesawat pada tahun 1972 dan 1977. Dua pembajakan tersebut sama-sama ditumpas tanpa korban jiwa.

Pembajakan pertama dialami oleh penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA) rute Surabaya-Jakarta pada 4 April 1972.

Baca: Duel Maut Kopassus Lawan Grilyawan Kalimantan yang Berujung Hilangnya Nyawa Sang Pemimpin

Pembajak tunggal Hermawan dengan bekal dua granat tangan meminta pesawat memutar haluan untuk kemudian mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.

Ketika itu, MNA 171 membawa 36 penumpang dengan 7 awak pesawat. Hermawan meminta uang tebusan Rp 20 juta dan sebuah parasut untuk terjun bebas.

Jika tidak dipenuhi, dia mengancam akan meledakkan pesawat.

Menteri Perhubungan Frans Seda, ketika itu, berang mendengar pembajakan itu.

Dia menyatakan, pembajakan tidak dapat ditolerir dan memerintahkan supaya pembajak ditangkap hidup-hidup atau "dikorbankan".

Akhirnya, diam-diam ban-ban pesawat itu dikempiskan sehingga pesawat tidak dapat lepas landas.

Dalam sebuah kesempatan, pilot pesawat itu, Hindiarto Sugondo, menangkap lemparan pistol dari anggota AURI dari luar pesawat.

Dor, dor, dor! Dengan pistol itu, Hindiarto tanpa ampun menembak mati Hermawan.

Garuda 5 September 1977

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved