Buku Sejarah Ini Pernah Jadi 'Medan Tarung' PKI dan Pancasila, Adu Syaraf Nasution Vs Anwar Sanusi
Dalam tim empat orang itu, timbul ketegangan antara Jenderal Nasution dan A Anwar Sanusi mengenai reproduksi bahan-bahan pelajaran.
Masih berhasil diperjuangkan masuknya satu lagi pengajar yang jelas tidak dapat dimanipulasi oleh PKI, yakni:
- Jenderal Dr. A.H. Nasution
Dalam tim empat orang itu, segera timbul ketegangan antara Jenderal Nasution dan A. Anwar Sanusi mengenai reproduksi dari bahan-bahan pelajaran.
Jenderal Nasution menghendaki, agar supaya bahan pelajaran masing-masing di antara keempat orang pengajar itu diperbanyak secara tersendiri.
Sedangkan Anwar Sanusi membuat “move” untuk “mempersatukan” keempat diktat itu menjadi satu dengan demikian ia dapat meng-eliminir diktat Jenderal Nasution yang dicapnya “manikebu” itu.
Buku sejarah pergerakan nasional satu-satunya
Tetapi rencana A. Anwar Sanusi lebih jauh daripada sekadar mengeliminir diktat Jenderal Nasution.
Ia bermaksud pula untuk menyusun sebuah buku “Sejarah Pergerakan Nasional” yang nanti akan dimintakan pengesahan dari Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi, sebagai satu-satunya buku Sejarah Pergerakan Nasional yang berlaku dan boleh dipakai di dalam Negara Republik Indonesia.
Setelah keluarnya buku itu, maka buku-buku yang lain akan dinyatakan tidak boleh diterbitkan, tidak boleh beredar atau terlarang.
Demikianlah ancaman pada bidang sejarah yang datang dari pihak PKI dengan A. Anwar Sanusi selaku “project officer”nya.
Baca: Hasil Visum 7 Jenderal Korban Kekejaman G 30S PKI, Bertentangan dengan yang Ada di Film
Ofensif-balas dari staf angkatan bersenjata
Selaku asisten-asisten di dalam memberikan pelajaran pada Kursus Kader Revolusi tersebut, Jenderal Nasution menunjuk Mayor Jenderal Wiluyo Puspoyudo dan Mayor Jenderal S. Sokowati dengan bantuan teknis dari Kolonel (sekarang Brigadir Jenderal) Mas Dartoyo.
Selaku asisten di dalam menguji para peserta Kursus dan sekaligus selaku project officer untuk menghadapi “move-move” dari pihak Anwar Sanusi, Jenderal Nasution menunjuk Mayor Jenderal (sekarang Letnan Jenderal) A.J. Mokoginta dengan bantuan teknis pengarang artikel ini.
Menghadapi move untuk menerbitkan “satu-satunya buku sejarah pergerakan nasional yang sah” itu, Jenderal Nasution memerintahkan kepada Mayor Jenderal A.J. Mokoginta untuk dalam waktu “satu dan dua bulan” menyiapkan sebuah naskah “sejarah pergerakan nasional di bidang bersenjata”.
Menurut Jenderal Mokoginta, perintah itu telah dua kali dicoba untuk melaksanakannya dengan bantuan sejarawan-sejarawan resmi dari keempat Angkatan Bersenjata, tetapi mereka semuanya menyarankan, bahwa hal itu tidak mungkin, atau setidaknya mereka tidak sanggup melakukannya.
Maka pada waktu itu disarankan oleh Kolonel (sekarang Brigadir Jenderal) Sunarso, yang pada waktu itu masih menjadi guru Seskoad, untuk memanggil pengarang artikel ini yang kebetulan juga menjadi guru Seskoad.