Fadli Zon Nyinyirin Jokowi Soal Rupiah Melemah, Jubir PSI 'Kamu Sibuk Nyinyir, Dia Sibuk Kerja'
Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi angkat bicara menanggapi kritik terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)
3. Koordinasi Otoritas Moneter dan Otoritas Jasa keuangan yang sangat kuat.
4. Cadangan devisa yang besar (118 miliar USD).
Alhasil, keganasan USD terhadap Rupiah pun tertangkal, setidaknya sejak hari Kamis, 6 September 2018, tanpa menimbulkan kenaikan harga barang, pemecatan, apalagi penutupan Bank-bank nasional, seperti yang ditakutkan @fadlizon.
Saya justru heran, ketika rapat dengan BI tentang depresiasi Rupiah yang diselenggarakan oleh lembaga pimpinan @fadlizon, yakni @DPR_RI dihadiri oleh banyak sekali kursi kosong, alias banyak yang absen. Bang Fadli selain main twitter, ngapain aja?

Sebaiknya bang Fadli memikirkan bagaimana eks napi korupsi di partai @Gerindra yang itu tidak betul-betul merusak kepercayaan masyarakat tentang demokrasi dan Gerindra sendiri, apalagi Gerindra mengusung paling banyak eks napi korupsi.
#diasibukkerja
#kamusibuknyinyir," tulis Dedek Prayudi.

Pernyataan Jokowi
Diberitakan Kompas.com, Presiden Jokowi menegaskan, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS juga terjadi di mata uang negara lain.
"Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia," ujar Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018).
Menurut Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina.
"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati," ujar Jokowi.
Untuk menguatkan rupiah kembali, menurut Jokowi, pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan para pelaku usaha.
"Saya kira koordinasi yang kuat ini menjadi kunci sehingga jalannya itu segaris semuanya," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi juga memberikan target kepada jajarannya untuk segera memperbaiki transaksi berjalan dengan menggenjot ekspor dan investasi di dalam negeri.
Sebab, saat ini transaksi berjalan mengalami defisit 3 persen.
"Dengan investasi dan ekspor yang meningkat, kita bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan, kalau ini selesai, itu akan menyelesaikan semuanya," ujar Jokowi.