Susi dan Tuti, Tim Kecil Pasukan Khusus TNI yang Jalani Misi Hingga Sukses Bikin Dunia Tercengang
Tim Pasukan Khusus TNI ini bisa jalani misi dengan hanya miliki beberapa orang dalam satu tim dan gunakan nama-nama unik.
Agar tidak bertele-tele, Tim Susi diputuskan sebagai Nanggala 2 dan Karsayudha yang beroperasi di Irian Jaya diberi kode Nanggala 1.
Jauh sebelumnya, dalam Perjuangan Pembebasan Irian Barat Agustus 1962, RPKAD telah menyusupkan para pasukan komandonya untuk menyusup di sebelah barat Hollandia (Jayapura).
Baca: Gendang Telinga Pria ini Pecah Dicium Sang Kekasih, 3 Hal ini Jadi Penyebab Terjadinya Kasus itu
Baca: Nama Kopassus yang Memroket & Gegerkan Pasukan Khusus Di Dunia Lewat Misi Pembebasan ini
Mereka dikirim menggunakan kapal selam kelas Whiskey buatan Soviet milik ALRI.
Guna mendukung kebutuhan Kolonel Inf Dading Kalbuadi sebagai Komandan Operasi Flamboyan dalam melancarkan operasi intelijen tempur di Timtim, Brigjen TNI Yogie, lagi-lagi membentuk tim intelijen tempur bernama Nanggala.
Pembentukan Nanggala
Terbentuklah Nanggala 3 (Tim Tuti) dan Nanggala 4 (Tim Umi).
Masing-masing dipimpin Mayor Inf Tarub dan Mayor Inf Sofian Effendi.
Anggotanya dihimpun dari Grup 4 di Cijantung.
Jadi, baik Nanggala 1, 2 maupun 3 telah beroperasi di Timtim, sejak sebelum dimulainya Operasi Seroja yang merupakan operasi militer terbuka.
Baca: Petugas Kesulitan Masuk Tambang Lubang Jarum, Masukin Badan Saja Sudah Syukur
Grup 1 dibawah pimpinan Letkol Inf Soegito, yang melaksanakan serbuan linud di Dili pada 7 Desember 1975.
Sedangkan Grup 1, dipimpin Mayor Inf Kuntara, Wakil Komandan Grup 1 yang melakukan kegiatan intelijen dari perbatasan Timtim sejak September 1975, adalah Nanggala 5.
Nanggala 6 Grup 2 dari Magelang, bertugas melakukan pembersihan di sekitar Dili.
Nanggala 7 dioperasikan di kalimantan Barat, sementara Nanggala 8 diterjunkan di Suai tanggal 4 Februari 1976.
Nanggala 10 sampai 13 dioperasikan di Timtim, Nanggala 9, 14 dan 20 dioperasikan di Irian Jaya.
Mayor Inf Sofian Effendi memimpin Nanggala 16 di Aceh, yang kemudian disusul Nanggala 27 dipimpin Kapten Inf Sutiyoso.
