Reaksi Pro-Kontra Luar Negeri Terkait G 30S PKI, Tulisan Mendikbud 1967 Nugroho Notosusanto
Pro kontra G 30S PKI di luar negeri. Ada yang menyebut itu didalangi PKI ada yang menyebut itu merupakan intrik internal.
Mengenai ulasan-ulasan di negeri-negeri yang sistem sosial-politiknya liberal, misalnya negeri-negeri Barat, pada umumnya orang Indonesia tidak begitu tahu.
Bahkan ada asumsi umum, bahwa tentunya orang Barat senang dengan perkembangan di Indonesia, karena setidak-tidaknya Republik Indonesia, yang berpolitik bebas-aktif tidak seberapa merugikan mereka seperti Republik Indonesia yang membebek politik luar negeri RRC.
Maksud karangan ini ialah, untuk memberikan suara pandangan yang sangat umum mengenai pelbagai variasi di dalam ulasan-ulasan orang Barat mengenai “G-30-S”.
Ulasan-ulasan yang positif
Perlu diterangkan terlebih dulu, bahwa bukan maksud karangan ini untuk juga menyinggung ulasan-ulasan di dalam pers maupun oleh kalangan politik di negeri-negeri tersebut.
Tujuan karangan ini hanyalah memberikan “survei" selintas pandang mengenai ulasan-ulasan yang dibuat oleh wartawan maupun sarjana yang sedikit-banyak ahli tentang Indonesia, artinya orang-orang yang seharusnya kenal Indonesia karena studi yang pernah dibuatnya.
Jika kita mulai dengan ulasan-ulasan yang positif, hal itu secara kronologis sesungguhnya agak terbalik, karena karangan-karangan yang negatiflah yang terlebih dulu ditulis, betapapun ini mengherankan kebanyakan kalangan kita.
Ukuran positif dan negatif sesungguhnya relatif pula, karena tidak ada karangan yang seratus persen sesuai dengan pendapat kita, dan memang hal itu tidak mungkin, karena subjektivitas kelompok orang Barat tentu lain dengan subjektivitas kelompok orang Indonesia.
Persamaan positif-negatif terutama didasarkan atas sikap para pengulas itu terhadap Orde Baru, yang menurut kenyataannya merupakan kontinuitas sejarah dari peristiwa “G-30-S”.
Baca: Campur Tangan CIA, Buat Soekarno Dibuat Tampak Terlibat Aksi G 30S PKI
Karangan pertama yang dapat dikemukakan adalah buah tangan Dr Justus M. van der Kroef, seorang guru besar dari University of Bridgeport, Amerika Serikat.
Sarjana Amerika keturunan Belanda ini di Indonesia dikenal karena karena Indonesia in the Modern World (I + II, 1954, + 1956) dan The Communist Party of Indonesia (1965).
Karangan van der Kroef terdapat di dalam majalah Orbis, X, No. 2; Summer 1966 , halaman 458-487, dan berjudul Gestapu in Indonesia.
Karangan ini, meskipun mengandung beberapa kekeliruan fakta, namun analisanya masuk akal.
Menurut van der Kroef, tujuan daripada “Gestapu" ada tiga: (1) Mendorong kemudi pemerintahan 30 a 40 derajat ke arah suatu “Demokrasi Rakyat" komunis yang penuh, (2) Menghancurkan struktur komando daripada Angkatan Darat, dan (3.) Membentuk daerah basis ala Mao Tse-tung di Kompleks Merapi-Merbabu.
Motif daripada “Gestapu" menurut van der Kroef adalah (1) Militansi revolusioner yang terus ditingkatkan oleh PKI, karena momentumnya sendiri akan menuntut suatu klimaks; tiadanya klimaks akan membuat suatu retrogresi yang berbahaya bagi Partai; (2) Sesudah meninggalnya Sukarno, pastilah PKI akan terlibat ke dalam pertarungan berdarah dengan musuh-musuhnya, justru karena telah timbulnya rasa pahit-getir dan ketegangan sebagai akibat taktik tekanan oleh PKI. Karenanya, lebih baik PKI mempersiapkan diri untuk konflik itu dan bahkan memberikan pukulan terlebih dulu.