Ketika Perwira Tidak Berani Memimpin dan Terjun ke Misi Tak Masuk Akal, Sosok Ini Nekat Menyanggupi

Mempunyai semboyan lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas pasukan Kopassus mempunyai tekad berani mati.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Penerjunan udara TNI 

Karena secara moral dan komando, ia harus bertanggung-jawab terhadap misi tempur yang sangat berisiko tinggi itu.

Apalagi komandan Operasi Trikora, Mayjen Soeharto sudah menekankan operasi penyusupan ke Irian Barat akan mengakibatkan 60% pasukan gugur dan yang bisa kembali hanya 40% dalam kondisi luka atau sakit.

Para komandan di era PD II seperti Jenderal Douglas MacArthur yang pernah bertempur melawan pasukan Jepang di Irian Barat bahkan menegaskan operasi penerjunan udara di Irian Barat yang masih berhutan lebat tidak masuk akal.

Pasalnya pasukan penerjuan yang mendarat di hutan lebat bisa tewas semua karena terbentur serta nyangkut di pohon tinggi dan sangat sulit untuk melakukan koordinasi.

Tapi dalam kondisi tidak ada perwira berpangkat mayor yang tidak berani memimpin operasi penerjuan di Irian Jaya, seorang perwira yang dikenal sangat berani dan sekaligus nekat, Kapten Benny Moerdani menyatakan kesanggupannya untuk memimpin pasukan.

Baca: Dibuat Bukan Untuk Mengiris, Melainkan Menusuk, Ini Kehebatan Pisau Komando Kopassus

Namun karena Benny masih berpangkat kapten, para komandan Operasi Trikora tidak bisa menugaskan Benny untuk memimpin pasukan penerjun dari RPKAD yang berkekuatan satu kompi.

Benny Moerdani
Benny Moerdani (Kolase Tribun Jabar)

Akhirnya disebabkan hanya Kapten Benny Moerdani yang berani memimpin pasukan penerjun, para petinggi Operasi Trikora lalu menaikkan pangkat Benny menjadi Mayor.

Mayor Benny Moerdani yang kelak bisa menjadi Panglima TNI pun siap melaksanakan misi militer penuh resiko dengan sandi Operasi Naga.

Pada 23 Juni 1962 sebanyak 213 pasukan penerjun RPKAD dipimpin Mayor Benny dan diangkut dengan pesawat C-130 Hercules melaksanakan operasi airborne paling berani di dunia dan memang mengalami semua kejadian yang telah diprediksi.

Semua pasukan yang rencananya mendarat di pinggir pantai ternyata mendarat di tengah hutan lebat dan hampir semuanya nyangkut di pohon.

Sejumlah orang pasukan RPKAD langsung gugur karena terbentur pohon dan mendarat di rawa serta langsung tenggelam.

Semua pasukan juga sulit melakukan konsolidasi dan harus bertempur melawan pasukan Belanda dalam kondisi kurang makan dan logistik tempur.

Tapi Operasi Naga dan juga operasi tempur lainnya yang melibatkan semua unsur kekuatan terbilang sukses karena Irian Barat akhirnya kembali ke pangkuan RI pada 15 Agustus 1962.

Baca: Pasukan Elite TNI Paskhas, Media Asing Sebut Lihat Latihan Mengerikan di Indonesia Sebagai Prajurit

Sebanyak 36 pasukan gugur dan 20 orang lainnya hilang sehingga korban pasukan Operasi Naga tidak mencapai 60% dan hannya sekitar 25%, angka prosentasi lebih baik dari yang semula diperkirakan.

Pasukan Belanda sendiri bahkan pasukan payung di berbagai belahan dunia memuji operasi penerjunan udara pasukan TNI di Irian Barat merupakan misi paling berani dan nekat di dunia.

Pasalnya semua pasukan berani terjun di kawasan ‘antah berantah’ karena alamnya masih sangat liar.

(Sumber : Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, Tempo, PT Gramedia 2015. Operasi Udara Dalam Operasi Trikora, TNI AU, Pusjarah TNI)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved