Modus Ramalan Nikah 60 Tahun, Pria Ini Nikahi Santriwati di Batanghari, Terus Ditinggalkan
Pihak pesantren merasa kecolongan. Pasalnya, santriwati yang mengabdi di pesantren itu, dinikahi seorang yang disebut sebagai habib.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
Namun, dia tidak mengetahui pasti berapa lama dan sejak kapan habib tersebut berada di pesantren.
"Saya belum pernah bertemu dengan Habib itu. Informasinya memang sering mengisi acara di sana," jawabnya.
Kekecewaan
Yang menjadi kekecewaan orang tua santriwati, perihal pernikahan dan juga pascapernikahan, santriwati tersebut ditinggal begitu saja tanpa kejelasan.
Dia mengatakan hal tersebut berdasarkan pernyataan dari pihak orang tua, ketika bertemu beberapa waktu lalu.
Baca: Netizen Sebut Dirinya Lipsync, Via Vallen Akhirnya Buka Suara: Saya Pribadi Juga Kecewa
"Kalau saat ini, untuk santri tersebut, ikut bersama orang tuanya tinggal di Bahar. Dan tidak lagi mengabdi di pesantren," jelasnya.
Ramalan 60 tahun
Berdasarkan keterangan santri berinisial M (18), saat dimintai keterangan perihal pernikahannya, mengaku berdasarkan sama-sama suka.
Namun, ada satu hal yang membuat santriwati tersebut mengamini untuk dinikahi orang yang disebut habib tersebut. Itu karena dia meramal masa depan santriwati, sehingga membuat santriwati menjadi takut.
"Kalau kamu tidak menikah dengan saya, nanti kamu baru bisa untuk menikah di usia 60 tahun. Itu kata kata habib saat meramal santri kita, sehingga santriwati tadi mau menikah dengannya," ujarnya.
Terkait pernikahan tersebut, dia mengatakan itu juga dilakukan seorang tetua yang berada di desa tersebut, Pak Muslim. Orang itu sudah berusia lanjut, yang merupakan warga Desa Selat, Kecamatan Pemayung.
"Kalau keterangan Pak Muslim tadi, dirinya tidak sadar saat menikahkan mereka (blank; red). Tapi kita maklum hal tersebut kemungkinan dipengaruhi usia," tuturnya.
Kades tak mengetahui
Sementara itu, Kepalad Desa Simpang Kubu Kandang, Salamudin saat disambangi tribunjambi.com di ruangannya mengatakan, secara resmi dirinya tidak mengetahui aktivitas dan kedatangan orang yang disebut sebagai habib tersebut di wilayahnya.
"Bukan hanya pesantren yang kecolongan, kita juga kecolongan. Pasalnya pihak pesantren maupun habib tersebut tidak melapor perihal kedatangannya ke pihak desa maupun RT setempat," ujarnya.