Ketika 2 Pasukan Elit Disiapkan Panglima TNI Untuk Bereskan Perompak Sadis Kelompok Abu Sayyaf

Perompak merupakan kelompok yang selalu meresahkan negara mana pun bila sedang beraksi.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/ist
Denjaka dan Kopassus serta Perompak Kelompok Abu Sayyaf 

TRIBUNJAMBI.COM - Perompak merupakan kelompok yang selalu meresahkan negara mana pun bila sedang beraksi.

Pasalnya, setiap melakukan aksinya, setidaknya warga negara sendiri menjadi korban, bahkan bisa hilang nyawa bila permintaannya tidak dipenuhi.

Indonesia sudah sering berurusan dengan perompak dari dalam dan luar negeri.

Baca: Ketika Paskal Malaysia Kalah Pamor dengan Kopaska Indonesia, Ada yang Tak Lulus Sekolah

Baca: Siapa Sangka, Pasukan Bunuh Diri Pernah Disiapkan Kopaska Dalam Misi Operasi Trikora

Untuk dalam negeri, Kopaska sudah pernah melumpuhkan Gerekan Aceh Merdeka (GAM) yang menyandera Kapal Pengawet Ikan di peraian Aceh.

Nah, untuk meladeni kejahatan peraian perompak asing, ternyata dua pasukan elit dari TNI pernah mengurusi perompak asal Filipina, dari kelompok Abu Sayyaf.

Ya, kisah perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di beberapa wilayah yang dimasuki para musuh selalu menuai hail baik yang membanggakan negara.

Pasukan Kopassus
Pasukan Kopassus
Denjaka TNI AL
Denjaka TNI AL 

Seperti kisah pasukan khusus TNI AL dan AD saat menyelamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang disekap oleh perompak di perairan Indonesia dan negara tetangga.

Pasukan Khusus TNI siap dikerahkan untuk membantu membebaskan 10 WNI yang disandera oleh perompak kelompok Abu Sayyaf yang bermarkas di Filipina.

Militan Abu Sayyaf di pulau Jolo, Filipina selatan
Militan Abu Sayyaf di pulau Jolo, Filipina selatan (AP)

"Kami siapkan saja personelnya. Setiap waktu diminta kami sudah siap," kata Kapten Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Ia mengaku belum ada perintah agar Kopassus melakukan operasi pembebasan sandera karena hal itu merupakan kewenangan pemerintah.

"Itu kan kewenangan pemerintah. Kalau ada peristiwa seperti itu, memang biasanya sudah ditunjuk orang-orangnya. Kami pun bersiap," kata Joko.

Baca: Kopassus Selamatkan Tentara Spanyol Dari Kejaran Hizbullah, Segan Dengar Nama Tentara Indonesia

Baca: Langsung Sasar Jantung, Ini Kehebatan Senjata Kopassus Dibandingkan Pasukan Elite Dunia Lainnya

Tak hanya Kopassus, melainkan TNI Angkatan Laut mengaku siap diterjunkan manakala diminta untuk membantu agar proses pembebasan penyanderaan bisa dilakukan.

"Saat ini kami menunggu jalur diplomatik dulu. Tapi yang jelas TNI, khususnya TNI AL, kalau diminta bantu kami sudah siap. TNI AL selalu menggelar patroli di wilyah yuridiksi, meskipun tidak ada masalah," kata Kadispenal Kolonel Laut (P) Edi Sucipto.

TNI AL masih menunggu perintah dari Panglima TNI yang saat itu masih dijabat oleh Jenderal Gatot Nurmantyo, termasuk apakah Denjaka yang akan diturunkan jika memang diperlukan.

Baca: Navy Seal Jadi Saksi Keganasan Denjaka Saat Tembak-tembakan Jarak Dekat dengan Peluru Tajam

Baca: Seramnya Gabungan Antara Denjaka, Kopaska dan Kopassus Saat Tangani Bajak Laut Somalia

"Itu kita serahkan kepada ahlinya, biar Panglima TNI yang menentukan, karena beliau yang memiliki otoritas. Yang pasti beliau tidak akan salah pilih," kata mantan prajurit Denjaka ini.

Ia menambahkan, ada atau tidak ada peristiwa, pihaknya selalu melakukan operasi dalam rangka penegakkan kedaulatan.

Seperti diketahui, Kopassus dan Denjaka adalah dua dari beberapa pasukan elit yang dimiliki TNI.

Anggota dari dua pasukan tersebut memiliki kemampuan tempur dan bertahan di atas rata-rata berkat gemblengan yang luar biasa.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan pasukan TNI sudah siap apabila tentara Filipina meminta bantuan Indonesia menangani perompak yang membajak dua kapal Indonesia dan menyandera 10 WNI.

Denjaka dan Kopassus
Denjaka dan Kopassus (Kolase/ist)

"Saya rasa tentara sudah siap semua tinggal tergantung sana, karena rumah orang. Kalau dia (Filipina) bilang siap kita 'nonton saja', kalau dia minta bantuan kita tangani," kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan saat ini kapal-kapal patroli TNI sudah disiapkan untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan kejadian.

Namun Ryamizard menekankan bahwa pasukan militer Indonesia tidak bisa seenaknya melakukan operasi di wilayah Filipina, sehingga perlu izin dari otoritas negara tersebut.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri, pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia itu terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

"Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak. Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf," ujar Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir.

Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina.

Gerilyawan Abu Sayyaf
Gerilyawan Abu Sayyaf (Foto: IBTimes)

Sementara kapal Anand 12 dan 10 awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.

Dalam komunikasi pihak Kemlu melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak dan penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan.

Diketahui sejak 26 Maret, pihak pembajak sudah dua kali menghubungi pemilik kapal.

Baca: FOTO: Deretan Kisah Heroik Kopassus, Denjaka dan Kopaska! Disegani SAS Sampai Buat Navy Seal Gentar

Baca: Miliki IQ Tinggi dan Disebut Hantu Air Inilah Denjaka yang Disebut 1 Personel Setara 120 TNI Biasa

SUMBER: Militer Indonesia

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved