Siapa Sangka, Pasukan Bunuh Diri Pernah Disiapkan Kopaska Dalam Misi Operasi Trikora

Siapa Sangka, Pasukan Bunuh Diri Pernah Disiapkan Kopaska Dalam Misi Operasi Trikora

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/ist
Torpedo Manusia Kopaska 

TRIBUNJAMBI.COM - Siapa Sangka, Pasukan Bunuh Diri Pernah Disiapkan Kopaska Dalam Misi Operasi Trikora.

Dalam Operasi Trikora, Pasukan Katak (Paska) TNI Angkatan Laut, sekarang dikenal sebagai Komando Pasukan Katak/Kopaska, yang dibentuk pada 31 Maret 1962 dan dikomandani oleh Letkol OP Koesno, memiliki tugas khusus.

Secara spesifik sesuai dengan kemampuannya tugas Kopaska adalah menyusup ke wilayah lawan untuk melancarkan serangan sabotase atau menyingkirkan perintang bagi pendaratan pasukan amfibi.

Ketika Operasi Trikora digelar pasukan Kopaska berpangkalan di Teluk Peleng, Sulawesi, dalam kondisi siap diperintah.

Berada di Teluk Peleng sambil menunggu perkembangan sesungguhnya merupakan kegiatan yang cukup membosankan bagi anggota Pasukan Katak meskipun sejumlah latihan tempur tetap dilakukan.

Suatu hari pasukan Kopaska yang dipimpin oleh Mayor Urip Santosa mendapat kesibukan baru.

Mereka menjadi sibuk setelah kurang lebih 2 peleton sukarelawan sipil beserta 5 human torpedo (torpedo manusia) untuk misi bunuh diri turut disertakan.

Selama Perang Dunia II, torpedo manusia yang oleh AL Jepang disebut Kaiten sebenarnya pernah dioperasikan dan bagi pelaku misi torpedo bunuh diri yang rata-rata berusia remaja mendapat penghargaan khusus dan hadiah uang.

Torpedo Manusia
Torpedo Manusia (Defencyclopedia)

Sebelum dioperasikan dalam progam latihan Kaiten telah menyebabkan korban jiwa para pilotnya sebanyak 15 orang.

Dalam operasi tempurnya, Kaiten bisa diluncurkan dari kapal selam atau kapal penjelajah ringan.

Mayor Urip merasa heran dengan adanya lima torpedo manusia itu karena belum pernah mendapat briefing, khususnya peta operasi dan pendaratan sasaran yang akan dituju.

Berkaitan dengan torpedo manusia itu, Mayor Urip hanya pernah mendengar tentang adanya Proyek Y, yakni torpedo biasa yang diisi dengan 100 kg TNT.

Untuk pemicu ledakan torpedo dilengkapi mekanisme detonasi yang secara otomatis akan meledak waktu bertabrakan dengan dinding kapal.

Baca: Saat Anggota GAM Masuk Perangkap Kopaska yang Menyamar Jadi Teller Bank dan Nasabah

Baca: Berjuluk Hantu Laut, Siapa Sangka Cukup Seorang Diri Kopaska Buat 1 Kapal Perang Malaysia Tunduk

Baca: Kisah Kopaska yang Berjuluk Hantu Laut dan Topeng Tengkoraknya, Rela Mati Demi Jaga Laut Indonesia

Dari mekanisme kerjanya, ujung torpedo diangkut menggunakan sebuah speedboat kecil yang digerakan motor tempel 100TK.

Speedboat itu sendiri dikemudikan oleh seorang sukarelawan yang akan mengarahkan dan membenturkan ujung torpedo kepada kapal musuh.

Sesaat sebelum speedboat beserta torpedo membentur kapal musuh, pengemudi akan melompat menggunakan kursi pelontar.

Fungsi kerja kursi lontar pada torpedo mirip kursi lontar jet tempur.

torpedo
TORPEDO MANUSIA

Mayor Urip yang makin penasaran karena belum pernah dilibatkan dalam operasi torpedo manusia dan juga tak pernah diberi petunjuk pemakaiannya atau cara operasinya jelas tak bisa menolak perintah karena sedang berada di front terdepan.

Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan diam-diam Mayor Urip melakukan uji coba pada sukarelawan dan speedboatnya.

Ternyata mesin tempel yang terpasang bukan 100 TK melainkan 50 TK.

Para sukarelawan juga belum melakukannya di lautan terbuka.

Apalagi kursi lontarnya yang katanya terpasang ternyata tidak ada sehingga pelaku harus melompat sendiri sebelum torpedo meledak.

Tanpa kursi lontar pengemudi human torpedo dipastikan tewas akibat ledakan torpedo dengan TNT seberat 100 kg.

Namun yang mebuat Mayor Urip geleng-geleng kepala adalah mekanisme detonasi yang tidak berfungsi sama sekali.

Baca: Benny Siapkan 17 Peti Mati, Kopassus Buat Misi Selesai Dalam Waktu 3 Menit, Dunia Tercengang

Baca: Kopassus Selamatkan Tentara Spanyol Dari Kejaran Hizbullah, Segan Dengar Nama Tentara Indonesia

Tidak berfungsinya torpedo itu terbukti ketika dilaksanakan tes dengan menerjangkan perahu tempel bermuatan torpedo TNT 100 kg tanpa manusia dalam kecepatan 25 knot ke salah satu tebing karang yang lokasinya berada di teluk yang sunyi.

Ternyata torpedo yang diterjangkan sama sekali tidak meledak.

Setelah meledakkan TNT 100 kg yang berada di ujung torpedo dengan keterampilan khusus dan perangkat demolisi, Mayor Urip beserta 10 anak buahnya yang turut dalam uji peledakan torpedo pun kembali ke Daerah Kumpul I.

Kopaska
Kopaska

Ketika Mayor Urip melaporkan hasil uji cobanya ke Panglima ATA-17, Komodor Sudomo ternyata tidak keluar komentar apa pun.

Yang pasti Mayor Urip lega, karena jika Operasi Jayawijaya jadi digelar dan torpedo-torpedo manusia itu digunakan, bisa dipastikan tidak ada satu pun sukarelawan yang selamat.

Artikel Ini sudah ditayangkan Intisari_Online dengan judul: Ketika Operasi Trikora, Kopaska Ternyata Menyiapkan Pasukan Bunuh Diri Menggunakan 'Torpedo Manusia'

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved