Dia Sudah Pergi, Meskipun Saya Berharap Denyut Jantungnya Kembali Berdetak, Namun

Korban meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Lombok 7 Skala Richter, dan susulan yang 6,2 Skala Richter,

Editor: rida
istimewa/ BNPB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi korban gempa bumi di Lombok, Senin (13/8/2018) siang. 

TRIBUNJAMBI.COM- Korban meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Lombok 7 Skala Richter, dan susulan yang 6,2 Skala Richter, terus bertambah.

Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) NTB mencatat sampai hari ini, Minggu (19/8/2018), 483 orang meninggal dunia.

Sebanyak 405 korban di antaranya adalah warga Lombok Utara.

Dari ratusan korban meninggal dunia itu, tercatat nama Eza Elina (6), bocah perempuan yang baru duduk di bangku Sekolah Dasar.

Mereka saat itu tengah mengungsi di Dusun Kendang Galuh, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, karena rumahnya hancur diguncang gempa.

“Saya tak bisa lupa, dia sempat bilang, 'Bapak jangan tinggalkan saya liputan. Saya sakit, temani saya, Pak... Tetapi saya harus meliput kedatangan Presiden Jokowi ketika itu. Saya katakan padanya, 'sebentar saja Nak, langsung Bapak pulang setelah liputan'. Saya tak bisa lupa itu, baru kali itu dia melarang saya pergi liputan. Selama ini dia yang dorong saya agar pergi liputan,” ungkap Izhar atau Eja Ibrahim (30) dengan mata berkaca-kaca.

Baca: Alami Luka Tusukan, Seorang Ibu Tewas Ditikam Anak Tirinya

Baca: (VIDEO) Gempa Bermagnitudo 6,5 Guncang Lombok

Baca: Anak Jadi Bupati, Mama Margaretha Tetap Jualan Sayur, Alasannya Bikin Terharu. . .

Saat Gempa Guncang Lombok Sabtu (18/8/2018), putri tercintanya baru saja selesai dimakamkan ketika sejumlah teman mengunjungi pria yang sehari-hari bertugas sebagai jurnalis televisi online lokal di Lombok Utara itu.

Izhar terlihat tegar, namun dia tak bisa menyembunyikan rasa kehilangannya yang dalam.

Eza adalah putri pertamanya yang periang pergi selama-lamanya saat gempa susulan bermagnitudo 6,2 menguncang wilayah Lombok Utara dan sekitarnya, 9 Agustus lalu.

Izhar bercerita, saat gempa bermagnitudo 7 mengguncang Lombok Utara beberapa hari sebelumnya, yaitu pada 5 Agustus, putrinya tetap tenang.

Dia mengajak istrinya, Ernawati, dan anaknya mengungsi dan menetap di tenda pengungsian.

Saat gempa susulan kembali mengguncang Lombok Utara, istrinya panik lalu menarik Eza yang tengah tertidur pulas keluar tenda.

“Saya bawa dia lari. Saya tarik karena takut pohon jambu mete (di dekat tenda) jatuh menimpanya karena guncangan gempa sangat keras. Dia menolak, menangis terus, bahkan ndak mau makan apapun selama 4 hari. Dia kaget dan trauma berat,” tutur Ernawati (26).

Karena tak mau makan, kondisi Eza lemas.

Suhu badannya sangat tinggi lalu dibawa ke tenda kesehatan di Rumah Sakit Daerah Tanjung.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved