1962, Kendali KRI Macan Tutul Macet, Yos Sudarso Dihujani Tembakan Pesawat Neptune di Laut Aru
Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang. Kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul...
TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa besar ini terjadi sekira 57 tahun lalu. Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Saat itu, Soekarno membentuk Komando Mandala. Mayjen Soeharto sebagai panglima komando. Tugas Komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Suasana pada tahun-tahun itu memanas. Musuh utama, Belanda, mengirimkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman ke Papua bagian barat. Angkatan Laut Belanda, Koninklijke Marine, menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Papua bagian barat.
Sampai 1950, unsur-unsur pertahanan Papua Barat terdiri dari: Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda), Korps Mariniers dan Marine Luchtvaartdienst, sebagaimana dituliskan di wikipedia.
Sejak 1958, kekuatan militer Belanda terus bertambah dengan kesatuan dari Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda) dan Marine Luchtvaartdienst.
Selain itu, batalyon infantri 6 Angkatan Darat merupakan bagian dari Resimen Infantri Oranje Gelderland yang terdiri dari 3 batalyon yang ditempatkan di Sorong, Fakfak, Merauke, Kaimana, dan Teminabuan.
Baca: Cara Kopassus Masuk dan Operasi di Negara Lain, Lebih Dihormati Dibanding Pasukan AS dan Israel
Baca: Misi Rahasia, Tahu-tahu Suami di Pesawat Terbang, Mengungkap Kehidupan Istri Anggota Kopassus
Baca: Lukisan Soekarno di Bagian Dada Bisa Getar Sendiri, Penampakan Makam Bung Karno
Kala itu, Pemerintah Indonesia mengirimkan sebuah operasi rahasia untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua bagian barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, namun misi itu dilaksanakan sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.
Peta kekuatan Indonesia saat itu, hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali belum siap. Bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau Jawa.
TNI Angkatan Darat lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan, dengan bantuan TNI AL untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Papua bagian barat, dan TNI AU mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan.
Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui. Walaupun sebenarnya tidak rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU.
Di sisi lain, Kepolisian Republik Indonesia juga menyiapkan pasukan Brigade Mobil di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke Papua bagian barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) disiagakan di Pulau Gorom.
Masuk laporan, bahwa satu tim Menpor berhasil menyusup ke Papua bagian barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Papua bagian barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.
Pada 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada 18 Januari 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.
Pertempuran laut Aru
Ini menjadi momen menegangkan dalam perjuangan merebut Papua. Pertempuran Laut Aru pecah pada 15 Januari 1962.