Jurus Tukang Akik Ramalkan Soeharto Sejajar Dengan Soekarno, Ibu Tien Sempat Tak Percaya

Pria itu lalu mengeluarkan ‘jurus’ baru, mengaku bisa meramal nasib seseorang. Ibu Tien tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.

Editor: bandot
Jenderal Soeharto (kiri) dilantik menjadi anggota Kabinet Indonesia oleh Presiden Soekarno, 29 Juli 1966. | Kompas.com 

TRIBUNJAMBI.COM - Presiden kedua RI Soeharto menjadi presiden terlama yang memimpin Indonesia.

Selama 32 tahun Soeharto menjadi presiden mandataris MPR.

Namun di tahun 1998 huru-hara terjadi.

Demonstrasi besar-besaran yang digalang mahasiswa menuntut Soeharto mundur.

Dan dengan legowo Soeharto mengumumkan lengser keprabon pada bulan Mei 1998.

Menggantikan Soekarno sebagai Presiden RI, Soeharto mempunyai sejarah panjang hingga bergelar bapak pembangunan.

Kisah Soeharto sebelum menjadi Presiden menggantikan Soekarno beberapa diantaranya menarik untuk disimak.

Sebelum Soeharto menjadi presiden RI yang kedua, menggantikan Soekarno, ada sebuah ramalan yang sempat mengusik Ibu Tien.

Ya, sepak terjang mantan penguasa orde baru tersebut memang masih menyisakan kisah menarik, meski sudah lama meninggal dunia.

Baca: Kisah Soeharto 2 Tahun Sebelum Wafat, Mimpi Menonton Gamelan, Hingga Buat Keluarga Tertawa

Seperti diketahui, sejarah mencatat, pada dekade 60-kedudukan Soekarno sebagai presiden berakhir.

Posisi Soekarno kemudian digantikan oleh Soeharto.

Soeharto duduk di kursi kekuasaan menggeser posisi Presiden RI Soekarno, tak lepas dari dua momen penting, sebagai batu loncatan, yaitu meletusnya peristiwa G 30 S PKI dan lahirnya Supersemar.

Postur tubuhnya tak terlalu tinggi.

Umurnya, kira-kira lebih dari 50 tahun.

Ketika berbicara, laki-laki tak dikenal itu selalu menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.

Pria keturunan India itu, suatu hari mampir ke rumah Soeharto di Jl Agus Salim, Jakarta.

Ketika itu Soeharto berpangkat mayor jenderal dan menduduki posisi cukup penting Pangkostrad.

Entah siapa yang mengajak pria itu mampir ke rumah Pangkostrad.

Baca: Tak Dendam, Ini Kisah Soeharto Terima Kunjungan Mahasiswa Usai Lengser Dari Kursi Presiden

Yang jelas, pria itu diterima Ibu Tien Soeharto, sang pemilik rumah.

Setelah dipersilakan duduk, pria itu menawarkan barang dagangannya, berupa batu-batu permata yang berwarna-warni.

Sayangnya ketika berbagai jenis permata itu ditunjukkan, Ibu Tien tidak begitu tertarik.

Pria itu lalu mengeluarkan ‘jurus’ baru, mengaku bisa meramal nasib seseorang.

Sontak Ibu Tien menjadi tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.

"Sekedar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya. Banyak yang cocok. Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," kenang Ibu Tien seperti yang terungkap dalam buku otobiografinya berjudul Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia.

Baca: Ketika Soekarno Dikawal Yakuza, Mafia Jepang yang Ditakuti Saat Datang ke Negeri Matahari Terbit

Dilansir dari Intisari, dialog pun berlanjut, hingga akhirnya mengarah kepada nasib Soeharto.

Lagi-lagi sang penjual akik mempertontokan 'jurus’-nya.

Ibu Tien terpana. "Madam.. Suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang, Soekarno," kata pria itu.

Mendengar penjelasan itu, Bu Tien hanya tersenyum dan mengaku tidak percaya dengan sang peramal.

"Ah, tak mungkin…. Suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri/Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," katanya.

Sang peramal mengaku tak akan memaksakan Bu Tien untuk mempercayai ramalannya.

Justru yang ia perlukan adalah imbalan jasa ramalannya.

Ibu Tien kemudian bertanya, berapa bayarannya.

Baca: Dititip Minta Belikan Bra oleh Istri, ini Cara Cerdik Soekarno Saat Lupa Ukuran Bra Istri

Sang pria itu menjawab, "Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)." Akan tetapi Ibu Tien menangkapnya lain. Ia mengira sang peramal itu meminta imbalan forteen thousand (empat belas ribu).

Gara-gara itu, Bu Tien kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang.

"Madam, not forteen but forty."

Sebenarnya Ibu Tien sendiri merasa menyesal.

Sebab, biaya atau ongkos meramalnya terlalu tinggi.

"Mengapa untuk hal begini saja, cuma sekedar iseng-iseng kok harus merogoh saku empat puluh ribu yang pada waktu itu tergolong jumlah yang banyak. Padahal gaji suami pas-pasan saja," kenang Ibu Tien.

Setelah uang diberikan, sang peramal itu lalu pergi.

Sejak itu Ibu Tien mengaku tak pernah lagi bertemu dengan sang peramal itu, meski Soeharto pada akhirnya menjadi seorang tokoh bangsa yang tampil pada 1 Oktober 1965, menghadapi kudeta PKI, lalu dipercaya menjadi presiden menggantikan Soekarno.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved