Kisah Prajurit TNI yang Nekat Karena Selamatkan Nyawa Tentara Denmark
Ada saja kisah heroik yang diciptakan angkatan bersenjata Indonesia. Bila bukan di dalam negeri, ada juga aksi heroik
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNJAMBI.COM - Ada saja kisah heroik yang diciptakan angkatan bersenjata Indonesia. Bila bukan di dalam negeri, ada juga aksi heroik Tentara Nasional Indonesia di luar negeri.
Satu diantaranya kisah prajurit TNI satu ini yang sempat dikatakan gila karena menyelamatkan tentara Denmark.
Nama harum Prajurit TNI di kancah internasional dalam tugas PBB kembali ditorehkan.
Adalah pasukan TNI yang tergabung dalam misi perdamaian di Lebanon UNIFIL yang kembali dipuji pasukan dari negara lain karena keberanianya.
Ia adalah Sersan Kepala Pasukan (Serka Pas) Abdullah Lubis, prajurit Batalyon Komando (Yonko) 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru.
Dia disebut gila oleh para prajurit dari negara lain selama bertugas di Lebanon.
Baca: Fadli Zon protes Kebijakan Ganjil Genap Kebijakan Ganjil, Bikin Susah Masyarakat
“Iya, saya disebut tentara Amerika sebagai prajurit crazy, tentara gila,” kata Serka Abdullah Lubis, saat bincang-bincang dengan penulis, Selasa, 18 Oktober 2016, di Markas Yonko 462 Paskhas.
Seperti yang dikutip TribunJambi.com dari http://militermeter.com . Lubis, demikian ia dipanggil kawan-kawannya, menceritakan kenapa julukan itu disematkan ke dirinya.
Saat menjadi pasukan perdamaian PBB di Lebanon, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), November 2009-2010, ia bersama timnya ditempatkan di daerah bernama Acid al Qusairi.
Pasukan perdamaian PBB asal Indonesia diawali dengan pengiriman Garuda 23A di dalamnya terdapat anak pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono.
Lubis tergabung dalam Pasukan Garuda 23D. Di Acid al Qusairi, sebelum pasukan Garuda masuk, sudah ada pasukan dari negara lainnya.
Baca: Gunakan Motor Baru di MotoGP Ceko 2018, Rossi dan Vinales Masih Harus Berjuang
“Sayangnya, mereka ini tak menyatu dengan masyarakat sekitar. Ditambah lagi, pasukan tersebut berasal dari bukan negara berpenduduk mayoritas Islam, seperti Indonesia,” kata penyandang kualifikasi Jump Master ini.
Bagi Bintara Operasi Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru ini, berbagai upaya pendekatan dilakukan.
Mulai dari menyerahkan bantuan komputer, buku, mainan hingga kemasyarakatan lainnya.
“Setelah empat bulan kita di sana, warga merasa nyaman. Biasanya cuek, apatis, dengan kedatangan TNI, mereka responsif,” kata prajurit pernah dinas di Papua ini.