Setelah Mengintip dari Jendela, Penghuni Kos Kaget Melihat Kondisi Mahasiswi ITB Itu

Kecurigaan tentang kondisi Sartika Tio Silalahi (21) justru dari orangtuanya di Tarutung, Tapanuli Utara.

Editor: Duanto AS
Ilustrasi jendela. (www.mirror.co.uk) 

Kepergian Sartika ini juga disayangkan oleh pemilik akun Facebook, Nestor Rico Tambun.

Nestor menulis, suasana kehidupan di kos saat ini berbeda dengan gaya hidup kos di tahun 1980 atau 1990-an.

“Dulu, hidup satu kos itu seperti keluarga. Saling memperhatikan, saling berbagi makan, merasa senasib, dan saling tolong. Satu orang sakit, bisa-bisa yang antar berobat 5 atau 6 orang,” tulis wartawan senior ini.

Nestor melanjutkan, sekarang ini, gaya hidup di tempat kos, terutama di tempat-tempat kos bagus di kota-kota besar, orang hidup sendiri-sendiri.

“Masing-masing hidup di kamar, berteman dengan gadget dan internetnya. Merasa tidak enak mencampuri urusan, atau mengganggu teman kos lain,” tutur Nestor.

Padahal, dalam opini Nestor, anak-anak muda yang hidup kos di kota, sebenarnya kehilangan sesuatu.

Kehilangan suasana dan perhatian keluarga. Ada rasa sepi, tidak bisa berbicara, atau curhat kepada keluarga.

Karena itu, ketika berada di rantau, sebenarnya justru sangat butuh teman, sahabat, dan lingkungan yang bisa mengisi kekosongan itu.

Sudah tiga hari meninggal di kamar kos, Sartika baru ditemukan. (Tjahjo Widyasmoro/intisari online)
Sudah tiga hari meninggal di kamar kos, Sartika baru ditemukan. (Tjahjo Widyasmoro/intisari online) ()

“Logisnya, teman-teman koslah yang mengisi kekosongan itu,” tulis Nestor.

Selain itu, para orangtua juga harus memperhatikan rumah kos yang dihuni anaknya.

Baca: Ihsan Yunus: Perjanjian Perdagangan Bebas Harus Mengedepankan Kemaslahatan Bangsa Indonesia

Baca: Lebih Dingin! Suhu Udara di Yogyakarta Capai 19 Derajat Celcius, di Dieng Tanaman Beku Diselimuti Es

Suasana rumah kosnya seperti apa. Pemilik rumah kos seperti apa. Kira-kira temannya bisa bergaul dengan siapa. Dan lain-lain.

Nestor menilai, orangtua juga sering sama egois. Dia merasa punya uang, mencari tempat kos mahal, fasilitasnya lengkap, agar orang melihat anaknya itu anak orang mampu, tidak butuh orang lain.

“Tanpa sadar, itu sebenarnya menjerumuskan si anak ke kesepian yang dalam, meski hidupnya tampak enak,” tulis Nestor. (Tjahjo Widyasmoro)

Sumber: intisari online

Baca: Kepala ULP Muarojambi Kena Semprot Korsupgah KPK, Tapi Ternyata

Baca: Eks Gelandang Manchester City Ini, Resmi Merumput di Bali United

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved