Kisah Kakek yang Terbangun Saat Jenazahnya Dimandikan! 3 Kali Mati Suri dan Bisa Lihat Tempat ini
Biasanya, orang-orang dengan pengalaman tersebut merasa takut dan ingin memperbaiki hidupnya.
TRIBUNJAMBI.COM - Kehidupan setelah kematian adalah rahasia yang tidak pernah diketahui manusia.
Beberapa orang yang mengalami mati suri mengaku melihat cahaya terang yang diyakini sebagai surga atau tempat menyeramkan yang menurutnya adalah neraka.
Biasanya, orang-orang dengan pengalaman tersebut merasa takut dan ingin memperbaiki hidupnya.
Mereka juga akan semakin mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca: Tau Bayaran Pemeran untuk Karakter di Avenger Infinity War? Ini 5 Aktor Tersebut, Fantastis
Hal inilah yang juga dialami oleh seorang pria bernama Muhammad Tubagus Hasagiri.
Pria berusia 98 tahun yang biasa disapa Engkong Giri mengaku pernah mengalami mati suri.
Baca: Dahulu Ada Non-Muslim yang Berjasa Kepada Rasulullah: Dia Yahudi Terbaik!
Dilansir dari TribunJakarta, Giri mengaku pernah mengalami fenomena mati suri sebanyak tiga kali.
Fenomena yang pertama terjadi saat usianya menginjak 25 tahun.
Waktu itu Giri diduga meninggal oleh orang-orang sekitarnya tanpa alasan yang jelas.
Saat diduga meninggal, Giri mengalami mimpi yang aneh.
Dia mengatakan dibawa ke suatu tempat yang indah.
Baca: Gara-gara Cinta Laura, Banyak Netter Ingin Jalani Puasa Setahun Full, Kenapa Ya?
Saat di tempat itu Giri diminta untuk beristirahat oleh seseorang yang ia temui di dalam mimpi.
Namun ia menolak.
Ia lalu terbangun dengan keadaan orang-orang di sekitarnya terkejut.
Hal itu diungkapkan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara.
"Waktu itu tiba-tiba mimpi ketemu orang di tempat bagus, terus disuruh istirahat tapi saya gak mau. Tiba-tiba saya bangun, orang-orang pada kaget," ujar Giri, Jumat (25/5/2018), dikutip dari TribunJakarta.
Baca: Gara-gara Cinta Laura, Banyak Netter Ingin Jalani Puasa Setahun Full, Kenapa Ya?
Fenomena mati suri kedua dan ketiga terjadi tidak lama dari peristiwa pertama.
Namun bedanya saat itu dirinya sedang tidur.
Tiba-tiba ia merasa seperti tercekik.
Bahkan dirinya mengaku saat itu terbangun saat jenazahnya sedang dimandikan.
"Waktu itu lagi dimandiin, saya bangun lagi kalo kata orang-orang. Yang mandiin saya pun kaget," katanya sambil terkekeh.
Saat ini Giri mengatakan tinggal di berbagai tempat.
Baca: Mohamed Salah Tak Berpuasa Saat Jalani Partai Final Liga Champions, Apa Hukumnya Bagi Agama Islam?
Kadang di masjid, kadang kembali ke rumah cucu laki-lakinya.
Putrinya kini telah berkeluarga dan memutuskan untuk tinggal di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Meski usianya telah senja, Giri mengaku tubuhnya masih sehat dan bugar.
Kini dirinya hanya fokus menikmati masa senja sambil melaksanakan ibadah dengan giat.
Bagaimana Rasanya Mati Suri?
Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mendapati bahwa tidak semua orang mengalami urutan langkah-langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.
Baca: Baru Diketahui 10 Hari Pergi dari Rumah, Vicky Prasetyo Nangis Merasa Bersalah Karena Miskin
Diberitakan Kompas.com dari National Geographic Indonesia, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.
Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS.
Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.
Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan ‘menengok dunia lain’.
Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise.
Baca: Live Streaming Final Piala Uber 2018, Sedang Tanding Jepang vs Thailand, Tuan Rumah Tertinggal!
Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah menjadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri.
Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.
Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit.
Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.
Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian ‘abal-abal’ yang sering muncul.
Baca: Agar Tak Gampang Mengantuk Saat Puasa, Begini Caranya
Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains—tipuan yang dianggap ilmiah—dimulai.
Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15 persen penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut.
Bahkan, beberapa dari mereka melaporkan bahwa ‘pengalaman di akhirat’ itu tidak harus melalui mati suri.
Menurut mereka, hal ini lebih berkaitan dengan respons neurologis terhadap stres daripada kematian itu sendiri.
Baca: Ingat Soal Apple Tuntut Samsung Beberapa Tahun Lalu? Nah, Kini Samsung Menjawabnya
Sesungguhnya, ini bukanlah penelitian pertama mengenai mati suri.
Sebelumnya, sebuah studi oleh ahli saraf, Sam Parnia, menemukan tujuh kategori ingatan selama NDE.
Sedangkan dalam studi yang baru, peneliti mengungkap pengamatan spesifik yang diingat oleh para responden dan mencatat kronologi mati suri tersebut.
Penelitian ini pun dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience.
Baca: Ingat Soal Apple Tuntut Samsung Beberapa Tahun Lalu? Nah, Kini Samsung Menjawabnya
“Tujuan penelitian kami adalah untuk menyelidiki distribusi frekuensi dari keistimewaan ini, baik secara global maupun narasi, serta urutan temporalitas yang paling sering dilaporkan dari keistimewaan pengalaman yang berbeda,” kata Charlotte Martial, peneliti dari University of Liège.
Dari seluruh responden, 80 persen merasakan kedamaian, 69 persen melihat cahaya yang terang, dan 64 persen menemui ‘sosok’ lain.
Hanya 5 persen yang merasakan ‘berpikir cepat’ dan 4 persen menggambarkan apa yang disebut sebagai penglihatan prekognitif—penglihatan masa depan.
Baca: Ini Dia, Tempat Ngabuburit Paling Asyik di Jambi
Dari segi kronologi, 22 persen responden mengaku telah mengalami pemisahan roh dari tubuh, diikuti dengan menyusuri terowongan, melihat cahaya terang, dan merasakan kedamaian.
Sepertiga dari mereka mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.
“Ini menunjukkan bahwa mati suri tampaknya diawali oleh pemisahan roh dari tubuh, dan berakhir ketika roh kembali ke dalam tubuh,” ucap Martial.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian semacam ini.
Responden dipilih berdasarkan kemauan mereka sendiri.
Baca: VIDEO: Monitoring Pejabat Kemenhub di Jambi Terkait Kesiapan Angkutan Mudik, Ini Hasilnya
Responden yang kurang nyaman menceritakan pengalamannya tidak dilibatkan dalam survei ini.
Selain itu, semua responden menggunakan bahasa Prancis.
Itu berarti, sulit mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang budaya terhadap pengalaman mereka.
Jika penelitian seperti ini direplikasi secara luas di populasi lain, hal itu dapat membantu menyoroti aspek fenomena mati suri yang biasa terjadi di sekitar kita.
“Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi perbedaan dan tingkat pengalaman responden yang berkaitan dengan harapan dan latar belakang budaya mereka. Mekanisme neurofisiologis yang mendasari pengalaman mati suri juga perlu untuk diselidiki,” jelas Martial.(Tribun Jatim/Ani Susanti)
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Lihat Tempat Indah hingga Bangkit saat Jenazahnya Dimandikan, Inilah Kisah Kakek 3 Kali Mati Suri, http://bangka.tribunnews.com/2018/05/26/lihat-tempat-indah-hingga-bangkit-saat-jenazahnya-dimandikan-inilah-kisah-kakek-3-kali-mati-suri?page=all.