Teman Karib Pelaku Bom Dita Sesalkan, Para Mentor Sudah Tobat, Dita Malah Makin Parah

Dita Oeprianto, pelaku teror yang mengajak istri dan empat anaknya melakukan bom bunuh diri, terus menjadi pembicaraan hangat.

Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJATIM.COM/NURIKA ANISA
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan memegang foto keluarga Dita Supriyanto, pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018). 

"Saya tahu dia dari orang-orang yang pernah jadi mentor Dita saat itu. Saya berteman baik dengan para mentor itu, bahkan sampai mereka bertobat sekarang," tambah Faiz.

Pria berusia sekira 40 tahun itu mengaku mulai mengenal ideologi keras saat di bangku SMA.

Faiz mengungkapkan saat SMA itu ideologinya masih pada tahap meyakini negara tidak benar, aturan yang dipakai bukan Islam.

Saat itu, ideologinya hanya diyakini dalam hati saja, tidak memakai kekerasan.

"Nah Dita sudah punya benih saat di SMA, kemudian dia berevolusi ke organisasi yang lebih ekstrem, menghalalkan darah orang lain. Menjadi teroris itu tidak ujug-ujug (mendadak), ada prosesnya," lanjut Faiz.

Proses evolusi

Seorang teroris juga tidak bisa dikenali dari latar belakang pelaku.

Keluarga Dita berasal dari keluarga baik, dia tidak sedang stres, berprestasi, pintar kimia.

Dia juga dari keluarga kaya dan suka bersedekah.

Menurut Faiz, Dita adalah orang baik, cuma terkena ideologi yang salah.

"Mereka ada di tengah-tengah kita, tidak mudah untuk dikenali," katanya.

Ia mengakui ada beberapa kasus seseorang bisa berubah menjadi teroris dalam waktu satu hari saja.

Pada proses evolusi tersebut, Faiz melanjutkan ada empat stadium seseorang bisa berubah menjadi teroris.

"Stadium empat sekarang jumlahnya masih kecil, tapi kalau stadium satu sudah banyak," ujar Faiz.

Stadium satu, terang Faiz dimulai dari seseorang mempercayai hanya golongannya saja yang benar.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved