Tepat 20 Tahun Reformasi! Tahukah Kamu Hal ini yang Tidak Terekspose Berita di Gedung MPR/DPR

Soeharto yang selama 32 tahun duduk sebagai Presiden Indonesia mengundurkan diri setelah mendapat desakan dari para mahasiswa.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase
Reformasi 1998 

3. Lebih kurang lima hari lamanya. Gedung MPR/DPR disesaki ribuan mahasiswa serta berbagai lapisan masyarakat yang mendukung aksi mereka.

4. Bagi yang lebih suka pengobatan alternatif, silakan temui Wahyu Sugiri (29). Sopir bus ini tak mau ketinggalan menyumbangkan keterampilannya memijat.

"Saya enggak punya apa-apa yang bisa disumbangkan buat mahasiswa, selain keahlian memijat ini," ujar Wahyu. Ayah satu anak ini percaya, banyak mahasiswa yang memerlukan bantuannya. "Benar saja. Di sini banyak yang kecapekan, keseleo, pegal linu, pusing, sampai pingsan. Saya bisa menolong dengan gratis."

Dalam sehari, Wahyu bisa memijat 100 pasien. Masing-masing cukup dipijat dua menit dan langsung pulih. Bagaimana dengan profesi resminya? Sembari tersenyum getir, Wahyu berujar, "Saya terpaksa berhenti nyopitseak harga onderdil melangit dan penumpang sepi karena naiknya tarif angkutan."

5. Para pedagang minuman botol tak urung mendapat berkah dari aksi mahasiswa. "Di sini, kan, banyak mahasiswa. Pasti banyak juga yang haus. Makanya, sudah empat hari saya di sini," kata Suyatno (32), pedagang minuman asal Pemalang (Jateng).

Karena permintaan meningkal, harga jual juga ikut melonjak. Teh botol, misalnya, yang normalnya dijual Rp 700, saat itu dijual Rp 1.000.

"Tapi tetap saja pembelinya banyak. Bisa dapat Rp 100 ribu tiap harinya. Apalagi tak perlu bayar retribusi. Paling cuma bantu-bantu membersihkan halaman gedung sore harinya," aku Suyatno.

6. Banyak keluarga yang ikut datang mendukung aksi mahasiswa di Gedung MPR/DPR. Tak sedikit pula yang membawa serta buah hatinya seperti keluarga ini.

7. Ungkapan, "Nyatakan dengan bunga," benar-benar diikuti para ibu ini. Mereka berunjuk rasa dengan setangkai anggrek di tangan masing-masing. Sungguh memberi kesejukan tersendiri di tengah hiruk-pikuknya masyarakat yang berkumpul di halaman Gedung MPR/DPR.

8. Naluri bisnis Mamat Nasution (30) amat jell. Saat kata"reformasi" makin populer, ia langsung mencetak stiker dan ikat kepala bertuliskan aneka seruan seputar reformasi. Agar laris, Mamat yang pernah kerja di percetakan namun kena PHK ini memasarkan dagangannya di Gedung MPR/DPR.

Satu stiker atau ikat kepala dihargai Rp 500. "Lumayan, lo. Dalam sehari saya bisa untung Rp 100 ribu," ungkapnya dengan wajah cerah.

9. Unjuk rasa tetap berjalan, namun bagi para mahasiswi penampilan juga mesti dijaga. Karena itu, di sela kesibukan aksinya, sebagian mahasiswi juga menyisihkan waktu untuk merias wajahnya agar tetap segar.

10. Siapa pun yang berada di Gedung DPR-MPR tak perlu khawatir kelaparan dan kehausan. Pasalnya, ada sejumlah mobil keliling yang membagi-bagikan makanan, minuman, kudapan, bahkan rokok. Semuanya gratis.

Makanan juga dapat diperoleh di berbagai posko, antara lain, Posko AKUR (Aksi Kemanusiaan untuk Reformasi), Posko Alumni Trisakti. Posko Ibu Peduli, dan sebagainya. Bambang Prihadi, Komandan Logistik di Posko AKUR menjelaskan, pihaknya cuma mendistribusikan sumbangan dari masyarakat yang mengalir tiada henti.

"Ada dari lembaga, banyak juga dari perorangan. Mereka datang sendiri mengantarnya," jelas Bambang yang juga mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah.

11. Air mancur di halaman Gedung MPR/ DPR juga dimanfaatkan sebagian mahasiswa untuk tempat berwudu.

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul 20 Tahun Reformasi : Ini Kisah-kisah yang Tak Diberitakan di Balik Suasana Gedung MPR/DPR, http://bangka.tribunnews.com/2018/05/21/20-tahun-reformasi-ini-kisah-kisah-yang-tak-diberitakan-di-balik-suasana-gedung-mprdpr?page=all.

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved