Polisi Ini Ungkap Selama 30 Jam Kekejaman Seperti Ini yang Dilakukan Napi Teroris Kepada Dirinya

Lima orang polisi gugur saat melaksanakan tugas pada kerusuhan di rutan Salemba cabang Mako Brimob beberapa waktu lalu

Editor: bandot
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Suasana di dalam Mako Brimob Kelapa Dua, Depok pasca kerusuhan yang dilakukan narapidana terorisme, Kamis (10/5/2018). Sebanyak 145 narapidana terorisme yang menguasai Rutan Cabang Salemba Mako Brimob menyerahkan diri setelah dilakukan operasi Polri. (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO) 

"Saat disandera, saya ditutup mata saya, tidak bisa melihat tidak bisa bergerak, kaki diikat, tangan diikat," kata Bripka Iwan.

Bripka Iwan kemudian mengatakan jika seorang teroris memberitahu jika rekannya, juniornya, yang disandera telah dieksekusi karena menolak diinterogasi.

Menurut Bripka Iwan, teroris tersebut berkata jika rekannya meminta ditembak mati daripada diinterogasi.

"Saya mendengar salah satu teroris itu bicara, di situ ada temanmu, adekmu yang masih muda itu, saya eksekusi, saya interogasi tidak mau, dia meminta langsung saja ditembak mati daripada saya diinterogasi, seperti itu," jelasnya.

Baca: Akhirnya Terungkap! Pembunuhan 5 Polisi Secara Sadis Oleh Napi teroris Karena Hal ini

Baca: Kisah Teroris Nangis Ketika Disuruh Tito Karnavian Lakukan Ini, Najwa Shihab Sampai Ucap Istighfar

Dalam kondisi mata tertutup dan tak berdaya, Bripka Iwan menjelaskan jika ia tak mengetahui siapa teroris yang berbicara saat itu.

"Saya tidak kenal karena saya ditutup mata saya, tidak mengenalinya," ucap Bripka Iwan.

Bripka Iwan Sarjana menggambarkan jika suasana saat itu di Mako Brimob sangat mencekam.

Suasana rumah tahanan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Jakarta, Kamis (10/5/2018) setelah berhasil dikuasai kembali oleh Polri. Sebanyak 155 tahanan terorisme akhirnya menyerah tanpa syarat ke pihak aparat kepolisian setelah kerusuhan selama kurang lebih 36 jam. (Dok Polri)
Suasana rumah tahanan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Jakarta, Kamis (10/5/2018) setelah berhasil dikuasai kembali oleh Polri. Sebanyak 155 tahanan terorisme akhirnya menyerah tanpa syarat ke pihak aparat kepolisian setelah kerusuhan selama kurang lebih 36 jam. (Dok Polri) ()

"Sangat mencekam sekali, di antara hidup dan mati," imbuhnya.

Kepada pewawancara, Bripka Iwan mengungkapkan jika saat itu yang ia pikirkan adalah keluarga di rumah.

Yang kemungkinan tidak bisa ia temui lagi.

Dalam kondisi seperti itu, Bripka Iwan tetap menyimpan harapan dan kepercayaan jika pimpinan dan rekan-rekannya yang lain akan berusaha membebaskannya.

"Terus saya berharap ada yang membebaskan saya, dari pimpinan, dari rekan-rekan semua, mengetahui kalau di dalam itu masih ada anggotanya yang masih hidup, itu saja yang saya berharap dan berdoa sama Allah. Agar pimpinan memikirkan ke depan seperti apa langkah-langkah terhadap saya, sampai akhirnya saya dibebaskan," ucapnya.

Disekap selama 30 jam, mengaku saat itu ia merasa 99 persen mati, dan satu persen hidup.

Polisi melakukan penyerbuan serta pengledahan terhadap 155 narapidana teroris yang masih menguasai Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.
Polisi melakukan penyerbuan serta pengledahan terhadap 155 narapidana teroris yang masih menguasai Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. (Istimewa)

Tapi kemungkinan 1 persen itulah yang diberikan Tuhan kepadanya.

"Saya disekap, diikat, saya berpikir persentase saya 99 persen mati 1 persennya hidup, nah satu persen itulah Allah kasih kepada saya.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved