Kisah Teroris Nangis Ketika Disuruh Tito Karnavian Lakukan Ini, Najwa Shihab Sampai Ucap Istighfar
Tito menceritakan kisah penangkapannya terhadap terduga teroris kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor
TRIBUNJAMBI.COM - Serangan beruntun yang dilakukan oleh para teroris mengagetkan masyarakat Indonesia.
Pasca kerusuhan di Mako Brimob antara Napi Teroris dengan personel Brimob, tiga gereja di Surabaya diserang bom.
Kemudian sebuah rumah susun di Sidoarjo, paginya Markas Polrestabes Surabaya juga diserang satu keluarga yang melakukan bom bunuh diri.
Tak berhenti di situ, teroris juga menyerang markas Polda Riau.
Indonesia tengah dirundung duka dengan kejadian teror yang seakan tiada hentinya.
Akibatnya, kini Indonesia tengah berada dalam situasi siaga satu terorisme.
Topik mengenai terorisme ini juga diangkat dalam program acara Mata Najwa dengan salah satu narasumbernya yakni Kapolri, Tito Karnavian.
Baca: Keluarga Pelaku Bom Surabaya Sering Berisik Saat Malam, Tetangga Lihat Mobil Mewah Sering Datang
Baca: Kesaksian Mengejutkan Bripka Iwan Perdana Saat Disandera Napi Teroris, Terungkap 5 Rekannya Gugur
Baca: Usai Bom Surabaya, Perawat Cantik ini Buat Status di Medsos yang Buat Dirinya Ditahan Polisi
Dalam kesempatan tersebut, Tito menceritakan kisah penangkapannya terhadap terduga teroris yang menurutnya terjerumus lantaran pemahaman ideologi yang salah.
"Pemahaman tentang ideologi yang membuat mereka ikut untuk aksi bunuh diri karena mereka meyakini pemikiran mereka dalam mindset kelompok-kelompok ini mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", ujar Tito.
Tito juga menjelaskan dua cara yang bisa dipakai oleh pelaku terduga teroris.
"Bagi mereka ada dua cara menuju surga dengan jalan yang cepat. Yang pertama yakni jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga. Sedangkan yang kedua, adalah dengan meletakkan bom di tempat keramaian tertentu sedangkan dirinya kabur", tambahnya.
Menurut Tito, kejadian kali ini luar biasa dikarenakan yang dipakai adalah metode bom bunuh diri.
"Tapi yang kali ini kan tidak. Dipakai di badan bahkan diikat di tubuh anak kecil. Membawa Kartu Keluarga dan KTP mereka. Ini berarti mereka memang mencari mati karena mereka yakin bahwa mereka itu akan masuk surga", ujarnya.
Lalu jalan yang kedua yang menurut Tito sebagai inti yang dikehendaki oleh Teroris adalah konfrontasi dengan petugas kepolisian.
Baca: Admin Twitter Jokowi Cuit Soal JKT48, Rocky Gerung Pusat Hoax Nasional Itu Bukan Fiktif
Baca: Nasib Ais Tragis, Orangtua Meninggal dan Keluarga Menolak Merawatnya
Baca: Bukan Dita Oeprianto Otak Bom Surabaya, Info Terpercaya ini Sebut Dalangnya Masih Berkeliaran
"Pada saat konfrontasi (tembak-menembak kontak dengan petugas) terjadi, mereka bisa membunuh dan mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, langsung masuk surga.
Seperti yang di Polda Riau, 5 orang naik Avanza membunuh petugas. Mereka tahu polisinya bersenjata.
Mereka lalu mengeluarkan samurai berapa pun yang bisa mereka serang dan bunuh bisa mendapat pahala, namun jika gagal akan tetap masuk surga.
Itu yang dipikiran mereka."
Tito juga mengakui saat ini pihaknya sangat menghindari konfrontasi terbuka guna menangkap teroris dalam keadaan hidup.
"Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah.
Kalau seandainya konfrontasi terbuka, itu jaga jarak.
Saya berpesan jangan gunakan langkah-langkah penyerbuan karena mereka juga siap mati."
Dirinya juga menceritakan percakapan saat menangkap teroris silam.
"Saya pernah menangkap kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor, begitu kami tangkap hidup-hidup mereka menangis di kendaraan.
Kenapa kamu menangis?
Kenapa kita tidak kontak?
Kenapa saya nggak bisa membunuh bapak?
Kenapa bapak nggak bunuh saya?
Saya kehilangan golden momentum untuk masuk surga.
Saya sampaikan, ya sudah kamu bunuh diri saja setelah ini.
Saya neraka pak, kalau sudah begitu", cerita Tito.
Najwa lantas memastikan kesimpulan dari cerita Tito.
"Jadi bunuh diri buat mereka adalah neraka, namun jika dalam kontak itu surga? Astaghfirullahalazim", ujar Najwa menutup.
Lihat videonya di bawah ini.
23 Terduga Teroris Ditangkap
Sementara itu pasca serangan bom di Surabaya, Jumlah terduga teroris yang diamankan Polda Jatim dan Densus 88 terus bertambah.
Terhitung sejak awal kejadian, Minggu (13/5/2018) hingga hari ini Kamis (17/5/2018), pihak berwajib sudah melakukan proses penindakan terhadap 23 terduga teroris.
Penangkapan terduga teroris di Tangerang oleh Densus 88 (Youtube)
Kapolda Jatim, Irjen Machfud Arifin mengatakan bahwa jumlah tersebut adalah rangkaian hasil penyelidikan dari beberapa wilayah di Jawa Timur.
Baca: Ditangkap Densus 88, Pernikahan Siri Terduga Teroris Terungkap. Istri Pertama Beber Hal Mengejutkan!
Baca: Astaga! Karena Gantengnya Kebangetan, Terduga Teroris ini Malah Diidolakan Banyak Orang?
"Soal tangkapan, anggota kita terus bekerja di lapangan untuk selesaikan masalah di Jatim, mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang yang jumlahnya 23 penindakan," ungkap Irjen Pol Machfud Arifin.
Dari total penindakan tersebut, lanjutnya, empat di antaranya tewas di tangan petugas akibat melakukan perlawanan.
Empat terduga teroris yang tewas itu tiga orang berasal dari Sidoarjo dan seorang lagi dari Surabaya.
Kemudian, Irjen Pol Machfud Arifin juga membeberkan bahwa ada satu orang yang memilih untuk menyerahkan diri kepada petugas.
Tiba di Mako Armatim Surabaya, KRI Ardadedali-404 Gantikan Kapal Selam U-209 yang Sudah Uzur
"Ada empat yang tewas karena melakukan perlawanan dan di lokasi lain satu orang yang menyerahkan diri ke petugas. Itu lebih baik," tuturnya. (*)