Tanggapi Tragedi Mako Brimob, Politisi Partai Keadila Sejahtera Ini Salahkan Presiden
Setelah 2 hari teroris menguasai sejumlah blok pada rumah tahanan tersebut, polisi akhirnya berhasil mengambil alih
TRIBUNJAMBI.COM - Sebanyak 155 Napi terorisme dipindahkan ke Lapas Nusakambangan dari Rutan Salemba cabang Mako Brimob.
Pemindahan ini buntut dari kerusuhan Napi yang mayoritas merupakan tahanan kasus terorisme dengan aparat Brimob.
Akibat kerusuhan tersebut 6 orang menjadi korban tewas.
Lima personel kepolisian gugur saat menjalankan tugas, sementara satu orang Napi tewas ditembak karena mencoba melawan petugas.
Pasca insiden ini simpati bermunculan dari berbagai pihak.
Mereka juga mengecam aksi terorisme tersebut.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera mengutuk aksi terorisme yang terjadi di Rumah Tahanan Cabang Salemba yang berada di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Baca: Nusakambangan Tampung 145 Napi dari Mako Brimob Mereka Ditempatkan di Lapas High Risk Security
Baca: Bocor di Internet! Inilah Balasan Personel Brimob Kepada Para Napi Teroris yang Tangannya Diborgol
Baca: Kejadian Mako Brimob Kapolri Akui Tak Langsung Perintah Penyerbuan. Ini Pertimbangnnya
Hal itu ia sampaikan melalui akun fanpage Facebook bernama Mardani Ali Sera pada Kamis (10/5/2018).
Menurut Mardani, insiden di Mako Brimob merupakan sebuah tragedi.
Oleh karenanya harus ada investigasi secara meluruh dari kedua belah pihak.
Ia pun meminta pengusutan kasus ini harus adil dan tak bertepuk sebelah tangan.
Di mana juga perlu adanya penyelidikan terkait tata kelola penanganan tahanan di Mako Brimob.
Mardani Ali Sera menuturkan jika masalah atau tragedi selalu berawal dari lemahnya kepemimpinan.
Yang mana kelemahan itu merupakan akar dari semuanya, termasuk dikarenakan pemimpin yang tak berkarakter.
Sementara pucuk permasalahan adalah presiden, sebagai pemimpin tertinggi itu sendiri.
"Insiden Mako Brimob adalah tragedi."
"Hrs ada investigasi menyeluruh, kita harus berlaku adil pada kedua belah pihak kita kutuk penyebab korban jiwa."
"Tapi bertepuk tidak sebelah tangan mesti juga diselidiki tata kelola penanganan tahanan di Mako Brimob."
"Jika ada masalah atau tragedi terjadi selalunya disebabkan lemahnya kepemimpinan."
"Akar dari banyak masalah selalunya kepemimpinan yang lemah dan tidak punya karakter."
"Dan pucuknya adalah presiden."
Demikian isi posting-an pada fanpage tersebut.
Tewaskan 5 Personel Polri
Diberitakan sebelumnya, tragedi ini menewaskan 5 polisi bernama Ipda Rospuji Siswanto, Bripka Deni Setiadi, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadhli, dan Bripada Wahyu Catur Pamungkas.
Setelah 2 hari teroris menguasai sejumlah blok pada rumah tahanan tersebut, polisi akhirnya berhasil mengambil alih kembali pada Kamis (10/5/2018) pukul 07.15 WIB.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen M Iqbal menjelaskan jika insiden ini berasal dari penolakan pihak keluarga untuk diperiksa.
Baca: Nusakambangan Dikenal Pulau Kematian Tapi 5 Napi ini Berhasil Kabur yang Terakhir Pakai Ilmu Sakti
Baca: Video Detik-detik Letusan Gunung Merapi yang Mencapai Ketinggian 5.500 Meter, Warga Diminta Waspada
Baca: Gunung Merapi Kembali Meletus, Beginilah Pantauan CCTV BPPTKG
Salah satu keluarga narapidana terorisme menolak untuk makanan yang dibawa saat menjenguk untuk diperiksa.
Padahal pemeriksaan makanan adalah salah satu prosedur yang harus dilakukan dan ditaati oleh siapapun.
"Kami sampaikan bahwa kejadian insiden ini memakan korban jiwa. Ada lima rekan kami dan satu dari mereka (narapidana terorisme) terpaksa kami lakukan upaya kepolisian karena melawan dan mengambil senjata petugas," ujar Iqbal saat memberikan keterangan pada awal media yang meliput tak jauh dari gerbang Mako Brimob, Rabu (9/5/2018) dikutip dari Tribunnews.com.
Sementara itu, 155 narapidana dinyatakan telah menyerahkan diri, meski sebelumnya ada 10 narapidana yang menolak.
Karena penolakan dilakukan, akhirnya pihak kepolisian memutuskan untuk menyerbu napi yang belum menyerah.
"Aparat keamanan memberikan ultimatum, bukan negosiasi ya, tapi memberikan ultimatum bahwa kita akan melaksanakan serbuan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto dalam jumpa pers, Kamis (10/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Baca: 9 Tahun Bungkam, Dewi Perssik Akhirnya Ungkap Penyebab Cerai Dengan Aldi Taher, Bikin Trauma!
Baca: Bocor! Video Iqbaal Dilan Ramadhan di Kasur Bareng Bule, Netter Kaget Saat Kamera Sorot ke Bawah
Baca: Gegara Ini Istri Sule Tak Berani Pulang ke Rumah, Terus Mengalami Ini Bikin Lina Nggak Tahan
Atas ultimatum tersebut, akhirnya 10 napi yang menolak menyerah akhirnya menyerah.
Sehinngga total 155 narapidana berhasil diamankan sebelum fajar.
Dari operasi ini pihak kepolisian menjelaskan jika tidak ada korban jiwa dalam operasi ini.
Karena usaha yang dilakukan oleh pihak polisi menggunakan penanggulangan lunak.
"Penanggulangan dengan pendekatan lunak sudah berhasil baik sampai finish, tidak ada (tahanan terorisme) korban jiwa. Semua menyerahkan diri dan dievakuasi baik," kata Wakapolri, Komjen Syafruddin.
Sementara itu, selanjutnya 155 narapidana teroris yang sudah diamankan akan dipindahkan ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.(*)