Kapolri Tito Karnavian Ungkap Fakta Usai Rusuh Mako Brimob 'Saya Baru Tahu Ini Sangat Sumpek Sekali'

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan upaya peringatan untuk menyerahkan diri kepada

Editor: rida
(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG )
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian. 

Polri mengerahkan hampir 1.000 personel bersenjata lengkap proses penanganan kerusuhan dan penyanderaan dilakukan 155 narapidana kasus terorisme di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, sejak Selasa malam hingga Kamis (10/5/2018) dini hari.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap banyaknya pasukan yang dikerahkan karena ratusan napi kasus terorisme tersebut telah menguasai sejumlah senjata api petugas dan barang bukti sejumlah senjata api dan bom yang disimpan di gudang.

Baca: Gunung Merapi Meletus Muntahkan Debu Panas dengan Letusan Freatik

Baca: 9 Tahun Bungkam, Dewi Perssik Akhirnya Ungkap Penyebab Cerai Dengan Aldi Taher, Bikin Trauma!

Baca: Bocor di Internet! Inilah Balasan Personel Brimob Kepada Para Napi Teroris yang Tangannya Diborgol

Selain itu, para napi tersebut juga telah menghabisi lima nyawa anggota Densus 88 Polri bagian pemberkasan dan menyandera seorang anggota, Brigadir Iwan Sarjana, di Rutan Mako Brimob.

"Di saat itu mereka merampas beberapa senjata dan kemudian saya memberikan instruksi segera lakukan pengepungan dengan kekuatan cukup besar. Jumlah anggota yang mengepung 800 sampai 1.000 orang," ujar Tito di sela kunjungan Mako Brimob Depok, Jabar, Kamis (10/5/2018) petang.

Menurut Tito, sebagian besar dari 1.000 personel itu merupakan anggota yang bertugas di Mako Brimob Kelapa Dua.

Dan mereka telah mengenal medan tempat yang juga markas Densus 88 itu.

Tito menceritakan, pada saat itu ada dua pilihan yang bisa diambil olehnya selaku Kapolri setelah dibunuhnya lima anggota Densus 88 dan seorang anggota masih disandera.

Yakni, pasukan langsung masuk menyerbu ke dalam rutan atau memberikan peringatan sebelum dilakukan penyerbuan.

Namun, pilihan langsung penyerbuan tidak bisa dilaksanakan mengingat informasi yang masuk kepadanya, ternyata terdapat kelompok pro dan kontra di antara 155 napi teroris yang terlibat kerusuhan dan penyanderaan.

Akhiranya, ia mengambil pilihan untuk memberikan peringatan terlebih dahulu.

"Itulah yang menjadi opsi kita agar tidak ada korban yang banyak, padahal ada yang tidak ingin melakukan kekerasan," kata Tito.

Ia menyampaikan karena pertimbangan perkembangan dinamika di lapangan, akhirnya dirinya bersama jajaran Polri pengambilan keputusan lebih memilih untuk memberikan peringatan meski sebelumnya Presiden Joko Widodo memerintahkannya untuk menindak tegas para napi teroris tersebut,

"Saya sampaikan kepada Bapak Presiden, ada situasi seperti itu dan kita berikan warning. Tapi kami meminta ijin. Saya paham bahwa tindakan tegas sudah seharusnya dilakukan, namun karena di dalam ada pro kontra sehingga akhirnya kita berikan warning kepada mereka sampai dengan Kamis pagi," kata Tito.

Kaget Rutan Diisi Dua Kali Lipat Kapasitas

Menurut Tito, hasil analisa tim atas kerusuhan dan penyanderaan hingga menewaskan lima anggota Densus 88 di Rutan Mako Brimob ini menunjukan adanya dua kelemahan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved