Rekor Baru Tercipta, Penulisan Puisi Terbanyak di Dunia Libatkan 18.330 Pelajar Padang Panjang
"...penulisan puisi terbanyak di dunia, melibatkan 18.330 pelajar se-Kota Padang Panjang,” paparnya.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Duanto AS
Yang menjadi puncak acara Temu Penyair Asia Tenggara (TPAT) menggema pada Sabtu (5/5). Ada beberapa hal penting yang menjadi sejarah baru.
PAGI itu, sekolah-sekolah di Padang Panjang disibukkan oleh pencatatan sejarah baru. Belasan ribu siswa turut serta dalam mahakarya Kota Padang Panjang 2018.
Kami sempat berkunjung ke beberapa sekolah. Di antaranya SDN 05 Pasar Usang dan MTsN Padang Panjang.
Dalam kesempatan itu, hadir perwakilan dari BNN pusat, Kombes Agus Sutanto. Dia berharap, penulisan puisi tentang bahaya narkoba ini dapat menekan atau bahkan menghabiskan jumlah pengguna dan pengedar narkoba.
"Semoga bisa menekan perkembangan narkotika. Selain itu, mari kita mengubah segala sesuatu yang negatif ke positif. Ini tidak bisa dilakuka tanpa adanya upaya, dan ini adalah salah satu upaya kita," ujarnya.
Penulisan puisi serentak di puluhan sekolah ini, digagas Pemerintah Kota (Pemko) Padang Panjang melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, bersama Forum Pegiat Literasi Kota Padang Panjang.
Lapangan Khatib Sulaiman Bancah Laweh menjadi saksi penetapan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) tersebut.
Baca: Perhatian! Lebih 3 Bulan Telat Bayar Rekening PDAM, Langsung Diputus
Baca: Helikopter Tinggal Jemput, Pemerintah Harap Masyarakat tidak bakar Lahan
Baca: Astaga, Minggu Lalu Sempat Ada Kekosongan Blangko E-KTP, Sekarang Kondisinya
Ribuan orang berkumpul, mendengar penetapan Padang Panjang sebagai Kota Literasi.
Piagam Rekor MURI penulisan puisi terbanyak ini diserahkan langsung oleh Senior Manajer MURI, Jusuf Ngadri, kepada Pjs Walikota Padang Panjang, Irwan.
Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando pun turut menyampaikan apresiasinya kepada Pemko Padang Panjang.
“Kita sangat apresiasi kegiatan ini. Dengan mengangkat tema bahaya narkoba, kita harap seluruh masyarakat sadar akan bahayanya," ujarnya.

Pjs Wali Kota Padang Panjang pun turut berbahagia atas penghargaan yang diberikan.
"Terima kasih. Padang Panjang memang kecil, tapi kota ini mampu menampung se-Asia Tenggara. masyarakatnya luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan penulisan puisi terbanyak di dunia, melibatkan 18.330 pelajar se-Kota Padang Panjang,” paparnya.
Tidak hanya itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang Alvi Sena menyampaikan, dengan adanya pemecahan rekor MURI ini, menandakan adanya potensi Padang Panjang menjadi gudang penulis dunia.
“Dengan ini, kita bisa menunjukkan pada dunia, Kota Padang Panjang mempunyai potensi menjadi gudang penulis,” katanya.
Epitaf Kota Hujan
Selain pemecahan rekor MURI dan pencanangan Kota Padang Panjang sebagai Kota Literasi, ada hal lain. TPAT juga sebagai ajang peluncuran antologi bertajuk 'Epitaf Kota Hujan'. Buku ini ditulis oleh ratusan penyair dari enam negara. Di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Timor Leste.
Buku ini dikuratori Sulaiman Juned, Iyut Fitra, dan Ahmadun Yosi Herfanda.
Pertunjukan Kesenian
Ada hal menarik lain di tempat itu. Orang-orang unjuk kebolehan menampilkan bakatnya. Mulai dari berpuisi, nyanyi, teater, bahkan mendongeng.
Malam harinya, semua peserta menuju desa wisata Kubu Gadang.

Di sana penutupan dilangsungkan. Kami bergabung dengan penduduk setempat, menyaksikan semua pertunjukan.
Satu yang menggelitik saya di awal adalah duta wisata cilik. Bocah-bocah imut itu berlagak layaknya orang-orang dewasa. Selain itu, mereka juga menampilkan berbagai tarian, seperti tari Indang, tari Saayun, dan tarian lain.
Tidak hanya itu, persembahan lain yang hanya ditampilkan malam itu adalah silek lanyah (silat lumpur). Para pesilat memeragakan jurus-jurus di sawah berlumpur.
Baca: Ternyata Ini Kendala BPN Merangin Untuk Penerbitan Sertifikat Gratis, Saat Pengukuran Ada Masalah
Para penonton antusias. Dan, ternyata, tidak hanya orang-orang di luar Padang Panjang yang antusias, mereka yang berasal dari sana pun berebutan ingin mengabadikan momen tersebut. Sinar lampu ponsel di mana-mana, mengarah pada aktor-aktor di pertunjukan itu.
Dinginnya malam tidak terasa. Alunan musik saluang dan gendang terdengar masih begitu menarik didengar. Namun, waktu pula yang memisahkan. Malam penutupan itu bukan akhir dari perjuangan. Masih akan ada perjuangan lain di depan mata.
Ratusan orang dari berbagai penjuru akan kembali ke asalnya, meninggalkan Padang Panjang. Namun, sejarah itu telah tercipta. Mereka tak akan berhenti sampai di sana. Akan ada rekor lain yang dicatatkan.
Peristiwa mungkin selesai, perjuangan belum tentu. (mareza sutan aj)
Baca: Zumi Zola Menangis di Jendela, Mengaku Bersalah di Depan Hakim Ini Yang Diucapkan
Baca: Menyedihkan, Curhat Sahabat Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu, Dari Karier -Asmara