Menyedihkan, Curhat Sahabat Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu, Dari Karier -Asmara

"Dia terakhir balas Whatsapp jam 19.00 WIB, dan terakhir dilihat pada 21.00 WIB," katanya.

Editor: Duanto AS
Sahabat memperlihatkan fotonya bersama Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas saat terakhir kali bertemu.(KOMPAS.com/Iqbal Fahmi) 

TRIBUNJAMBI.COM, KEBUMEN - Tak ada yang pernah mengira, pemuda pendiam yang cemerlang itu pergi di usia yang sangat belia.

Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas berpulang beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke 20.

Suasana haru mengiringi keberangkatan jenazah ke tempat peristurahatan terakhir dari rumah duka di Dusun Kebayeman RT 2 RW 2 Desa Kamulyan, Kecamatan Kuwarasan, Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (10/5/2018).

Briptu Wahyu merupakan salah satu dari lima personel Densus 88 antiteror yang gugur saat kerusuhan di rutan Salemba cabang Brimob atau lebih dikenal dengan rutan Mako Brimob.

Ibunda korban, Surati (53) sangat terpukul dengan kematian putra bungsunya itu. Dirinya nampak belum percaya jika sang buah hati telah pergi untuk selama-lamanya.

"Terakhir Whatsapp saya tanggal 5 April, ngucapin selamat ulang tahun. Dia cerita kalau seneng ditempatkan di Mabes Polri," katanya.

Baca: Eva Sebut Untuk PPDB 2018 di SMA 1 Pakai Online

Baca: Harga Daging Ayam di Pasar Sabak Barat Tembus Hingga Rp 48 Ribu per Kilogram

Baca: Beny Syamsu Ancam Rebut Senjata Petugas, 5 Polisi dan 1 Tahanan Tewas di Mako Brimob

Sementara itu ayah korban Serma (purn) Pudjiono (60) mengungkapkan, selama hayatnya, wahyu merupakan sosok yang pendiam. Namun dibalik itu, lanjut Pudjiono, putranya termasuk orang yang cakap dan berprestasi.

"Waktu pendidikan (SPN Purwokerto), Wahyu selalu dapat ranking," ujarnya.
Meski demikian, Wahyu yang terakhir pulang ke rumah pada Maret lalu tersebut tidak pernah sekalipun bicara akan bergabung dengan Densus 88.

Dia, kata Pudjiono, hanya bilang akan ditugaskan di Mabes Polri. "Ternyata selama ini Wahyu ikut seleksi Densus 88, dari 500 peserta se-Indonesia, hanya diambil enam orang," katanya.

Pudjiono sendiri mengaku sudah ikhlas dengan kepergian Wahyu. Dia yang juga seorang purnawirawan TNI mengerti benar risiko menjadi seorang prajurit.
"Saya sudah ikhlas, yang penting jenazah anak saya dudah dipulangkan dan dikebumikan sebgaimana mestinya," katanya.

Sempat Curhat

Lain halnya dengan sahabat korban, Meydika Candra Aji yang sangat berduka dengan kepergian Wahyu.

Sahabat sekelas Wahyu saat masih di SMAN 1 Gombong itu mengungkapkan, dia terakhir bertukar pesan Whatsapp dengan korban sesaat sebelum aksi penyekapan terjadi pada Selasa (8/5/2018).

"Dia terakhir balas Whatsapp jam 19.00 WIB, dan terakhir dilihat pada 21.00 WIB," katanya.

Medika menuturkan, selama korban bertugas di Mako Brimob hampir setiap hari dia menemani korban begadang. Mereka ngobrol mulai dari soal karir hingga asmara.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved