Sambung Hidup dan Biayai Pacar, Indi Jual Diri, Tarifnya Hingga Tempat Mangkalnya Disini
Mengenakan celana ketat coklat dan kaus tangan panjang bergaris, ia mengarungi kehidupan malam itu. Bibirnya merona, alis tampak
Mantan Kapolres Minahasa Selatan ini juga meminta masyarakat tidak enggan melaporkan jika ada masalah hukum yang ditemukan oleh kehadiran mereka. "Jika memang meresahkan silahkan dilaporkan," tandasnya.
Baca: Ramalan Zodiakmu Bulan Ini Aries Harus Ekstra Hati-hati Lengkapnya Cek di Sini!
Dinsos ‘Menyerah’ Hadapi Gelandangan
Gelandangan di Manado yang tengah berkembang dan tak terhindari. Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Sosial mengakui gelandangan dan pengemis adalah masalah kompleks.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial, Olga Krisen mengaku, Pemkot bukan tutup mata dengan keberadaan gelandangan.
Ada razia, serta pemulangan gelandangan di tempat asal. Kata Olga, sudah ada beberapa gelandangan yang dipulangkan ke Bitung, Minahasa, daerah tempat asal mereka. Tapi tak hitung lama, mereka kembali ke Manado.
Dinsos Kota Manado bertanggung jawab pada gelandangan yang berasal dari Sulut. Sementara provinsi punya kewenangan pada gelandangan dari luar Sulut. Anak-anak Makassar rupanya juga banyak berkeliaran di Manado.
Tapi kata Olga, mereka tak menetap. Hanya menjadikan Manado sebagai tempat transit. Manado memang sering menjadi tempat transit. "Kemarin anak-anak punk, tapi katanya hanya sementara karena ada event. Sekarang mereka sudah tak ada," ujarnya.
Dinsos bersama petugas gabungan sudah berhasil menertibkan gelandangan dan pengemis yang sering mangkal di sekitar Tugu Zero Point. Saat ini, tak ada lagi yang jualan dan meminta-minta di pinggir jalan.
Keberadaan mereka memang mengganggu wajah kota. Mengganggu kenyamanan warga. Hal yang sama juga dilakukan pada para penderita tunanetra yang jualan di Manado. Dinsos mengaku telah ada upaya pada mereka.
"Para tunanetra kami berikan bantuan untuk usaha kecil-kecilan. Buka warung atau pijat. Tapi masih berkeliaran juga. Kemarin ketemu seorang Bapak, kami tanya warungnya bagaimana, katanya istrinya yang jaga," ucap Olga lalu tertawa.
Pantauan tribunmanado.co.id, banyak pengemis tunanetra yang berkeliaran di Manado. Mereka keliling rumah makan untuk jualan kacang dan tisu, ada seorang normal yang mendampingi mereka. Sering juga anak-anak. Ada pula yang mangkal di pinggir jalan, tepat di jalur mobil.
Anak-anak gelandangan pun memenuhi tempat terbuka untuk nongkrong. Seperti di kawasan Pasar 45, Marina Plaza dan beberapa tempat keramaian lainnya. Mereka biasanya kumpul berkelompok.

Kenangan ‘Pagar Besi’ Masih Membekas
Jam menunjukan pukul 19.45 Wita. Malam itu begitu ramai.