Doa dari Dua Orang ini Dapat Mengguncangkan Langit, Beruntung Bila Kita Menerimanya
Ketulusan doa memiliki kekuatan luar biasa, meski hanya dipanjatkan satu orang saja.
“Oh,” keluh Sosrobahu. “Lantas, siapakah empat orang yang mendoakanku dengan tulus itu,” tanyanya.
“Pertama adalah istrimu yang telah kau selingkuhi lebih dari 25 kali itu. Meski telah kau sakiti, cintanya kepadamu tetap tulus. Kedua adalah anakmu. Ketiga adalah ibumu yang kau kirim ke panti jompo. Dan yang terakhir adalah pengemis yatim pinggir jalan yang pernah kau beri uang 10.000 rupiah,” cerita malaikat.
Baca: Gemuruh Takbir Iringi Kampanye Zainal - Arsal di Semerah
Sosrobahu terduduk lesu. Terbayang di matanya Ibunya yang telah menjanda, istrinya yang begitu setia, dan anak yang tak pernah dikasihinya. Dia menyesal telah menyia-nyiakan mereka. Juga sangat menyesal telah begitu menyayangi hartanya yang terbukti tak akan di bawanya menghadap Sang Pencipta. Tapi nasi telah menjadi bubur.
“Sekarang aku pasrah. Silakan engkau ambil nyawaku. Aku memang harus membayar semua perbuatan yang telah kulakukan,” sesenggukan Sosrobahu menangis.
Malaikat tersenyum. “Beruntunglah engkau, Sosrobahu. Tuhan tidak jadi mencabut nyawamu, bahkan dia memberikan kesembuhan kepada engkau.”
Mata Sosrobahu seperti mau meloncat dari tempatnya. “Why?” pekiknya.
Baca: Jadi Ibu Baru, Simak Tipsnya agar Tetap Sehat dan Segar
“Tuhan itu MahaTegas. Tapi dia tidak buta. Setelah ditimbang-timbang, doa keempat orang itu ternyata lebih bernilai dari doa 1000 orang,” kata Malaikat.
“Harap kau tahu, dari keempat orang itu, doa ibumu-lah yang telah mengguncang langit. Meski dia kau telantarkan, tapi kasihnya kepadamu tak pernah putus. Tiap malam dia bermunajad untuk kesembuhanmu. Lantunan doanya telah membuat isi bumi bergolak dan tujuh lapis langit bergetar.”
“Sementara, doa pengemis yatim itu juga tak kalah dahsyat. Saat melihat kantormu mengadakan doa bersama untuk kesembuhanmu, dia berdoa dengan tulus. Dan, doa anak yatim itu sulit ditolak Tuhan.”
Sosrobahu tercenung. Rasa malu mengalir di tubuhnya. Pengemis cilik itu begitu tulus memberikan doanya. Padahal saat memberi sedekah 10 ribu rupiah, dia melakukannya hanya untuk pamer di depan kekasih gelapnya.
Air mata meleleh di pipinya. “Tuhan, ampuni aku.”
SUMBER: Intisari Online