Motifnya Masih Teka-teki, Kompol Fahrizal Linglung Saat Diperiksa Penyidik Polda Sumatera Utara
Kompol Fahrizal pelaku penembakan terhadap adik iparnya tengah diperiksa secara intensif oleh aparat Polda Sumatera Utara.
Polisi melakukan pemeriksaan di satu rumah di kawasan Mandala, Medan, Rabu (4/4) malam, yang merupakan TKP penembakan diduga dilakukan seorang oknum polisi terhadap laki-laki yang disebut-sebut sebagai adik iparnya. TRIBUN MEDAN/JEFRI SUSETIO (Handover)
Selama beberapa bulan ini, ia bertugas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjabat Waka Polres Lombok Tengah, NTB.
Kompol Fahrizal diangkat menjadi Waka Polres Lombok Tengah pada Desember 2017. Ia mengganti Kompol H Lalu Salehuddin yang dimutasi sebagai Parik II Itwasda Polda NTB.
Kronologi Versi Polisi
Awalnya, Heny Wulandari, adiknya mempersilakan duduk di rumah.
Mereka sempat bercengkrama bersama ibunya di ruang tamu. Sedangkan, Heny membuat air di dapur.
"Saksi (Heny) sempat melihat Fahrizal memijat ibunya, tapi secara tiba-tiba menodongkan senjata ke arah ibunya. Tapi, korban (Jumingan) langsung melarang dengan berkata “jangan Bang” namun Fahrizal menodongkan senjata api ke korban. Ada dua kali suara letusan,” katanya.
Melihat suaminya bersimbah darah, Heny langsung lari ke dalam kamar dan mengunci kamar lantaran ketakutan.
Bahkan, Fahrizal sempat menggedor pintu kamar. Tapi, ibunya mendatangi sembari menyatakan tidak boleh keluar dari kamar.
Pihak kepolisian sudah meminta keterangan tiga saksi di antaranya Heny Wulandari, dan Agung dan Elly.
Ketiganya merupakan warga Jalan Tirtosari alias masih berhubungan kerabat dengan Kompol Fahrizal. Kini, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan.
Kronologi Versi Warga
Warga Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung terkejut dengan penembakan ini. Warga mengira suara tembakan adalah suara petasan.
Tidak lama kemudian diketahui suara letusan itu berasal dari rumah seorang warga disebut-sebut bernama Sutini.
Apalagi, suara jeritan warga bergema di dari dalam rumah, parmanen.
"Aku pikir mercon, jadi enggak peduli tadi. Cemana-lah tadi habis salat tak enak badan golek-golek di rumah," kata Juraidah (75) warga sekitar saat ditemui Tribun-Medan.com.
Kediaman Juraidah tepat di sebelah tempat kejadian perkara (TKP). Tapi, ia tidak mengetahui peristiwa penembakan itu.
Bahkan, dia keluar rumah saat mendengar ada keramaian di lokasi.
Tidak hanya itu, dia juga mengaku lupa berapa kali suara letusan. Namun, suara itu terdengar begitu keras.
Selain itu, ia tak ingin membeberkan identitas korban penembakan.
"Saya tidak begitu tahu nama korbannya. Soalnya jarang ketemu. Tapi mereka sekeluarga orang baik kok. Kalau istrinya kerjanya guru," ujarnya.
Tidak lama kemudian, petugas kepolisian membawa seorang perempuan dari sebuah warung.
Besar dugaan perempuan itu bernama Sutini alias Heni, istri dari pria berinisial Zumingan alias Zun, korban penembakan.
Heni memasuki rumah dibopong oleh dua oknum polisi berpakaian preman.
Sedangkan, balita yang digendongnya menjerit histeris.
Setiba di depan rumah Heni nyaris pingsan.
"Ini rumah orangtuanya Pak F, mantan Kasat Reskrim Polrestabes Medan. Sekarang tugas di Lombok. Adiknya yang paling kecil tinggal di sini bersama orangtuanya mereka," kata seorang warga berkacamata saat ditemui di depan rumah.
Kini jenazah korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut.
Terlihat beberapa petugas langsung mengavakuasi jasad dengan menggunakan kain dan tandu.
Sementara itu, personil kepolisian telah memasang garis polisi di depan rumah. (Tribun Medan)