Motifnya Masih Teka-teki, Kompol Fahrizal Linglung Saat Diperiksa Penyidik Polda Sumatera Utara
Kompol Fahrizal pelaku penembakan terhadap adik iparnya tengah diperiksa secara intensif oleh aparat Polda Sumatera Utara.
TRIBUNJAMBI.COM - Kompol Fahrizal pelaku penembakan terhadap adik iparnya tengah diperiksa secara intensif oleh aparat Polda Sumatera Utara.
Penyidik Polda Sumut mengaku kesulitan memeriksa Kompol Fahrizal yang juga Waka Polres Lombok Tengah ini.
Ia enjadi tersangka penembakan terhadap adik iparnya, Jumingan (33) hingga meninggal dunia pada Rabu (4/4/2018) lalu.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting mengaku belum bisa merincikan secara detail, apa hasil penyidikan lanjutan atas penembakan dilakukan mantan Kasat Reskrim Polrestabes Medan tersebut.
"Motifnya belum tahu, karena sampai dengan saat ini tersangka belum diperiksa, karena masih linglung," kata Rina, Jumat (6/4/2018)
Rina menambahkan bahwa sudah melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap 4 orang saksi.
Baca: Senin 9 April, Facebook akan Sebutkan Siapa Saja Pengguna Indonesia yang Datanya Dicuri
Seluruh saksi mayoritas masih dari keluarga Kompol Fahrizal dan juga keluarga korban.
"Saksi yang diperiksa sudah 4 orang, untuk gelar pra rekontruksi belum tahu kapan," ujar Rina.
Rina menjelaskan pihaknya sudah melakukan olah TKP di Jalan Tirtosari, Gang Keluarga nomor 14, Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara.
Sejumlah barang bukti sudah diamankan seperti satu pucuk senpi berjenis revolver, 6 butir selongsong amunisi, 1 butir proyektil, KTA Polri dan 1 buah kartu senpi.
"Kalau ada perkembangan segera saya update informasinya kepada kawan-kawan media lah," jelas Rina Sari Ginting.
Perlu diketahui, Kompol Fahrizal, sebelum menjabat Wakapolres Lombok Tengah, Polda Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca: Rupanya Ini Cara Veronica Tan Menyembunyikan Hubungan Terlarang dengan Good Friend-nya
Ia pernah menjabat dijajaran Polda Sumut seperti Kasat Reskrim Polres Labuhan Batu, Kasat Reskrim Polresta Medan, kemudian menjadi Wakasat Reskrim Polrestabes Medan, sebelum akhirnya menempuh pendidikan Sespim.
Saat ini jenazah Jumingan sudah dikebumikan pihak keluarga korban di kampung halamannya di Kabupaten Asahan, pada Jumat (6/4/2018) dinihari, sekitar pukul 01.00 WIB.
Ini Pengakuan Kompol Fahrizal
Komisaris Polisi (Kompol) Fahrizal mendadak jadi bahan pemberitaan.
Oknum perwira polisi ini menembak mati adik iparnya di rumahnya sendiri.
Diketahui Kompol Fahrizal saat ini bertugas sebagai Wakil Kepala Polisi Resor (Wakapolres) Lombok Tengah.
Setelah ditangani polisi, Fahrizal menyampaikan pengakuan mengejutkan.
Baca: Suami Wajib Baca! Istri Mandi Tanpa Tutup Pintu Kamar Mandi, Menangis Setelah Tahu Hal Ini
Wakapolres Lombok Tengah Kompol Fahrizal yang menembak mati adik iparnya tidak menyesal seusai melakukan tindakan itu.
Menurut Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw, tak ada ucapa penyesalan dari pelaku.
"Saat kami tanya pelaku, apakah menyesal karena telah melakukan pembunuhan terhadap korban yang adik iparnya sendiri, dengan santai ia menjawab tidak.," ungkap Kapolda.
Jenderal Bintang 2 ini Menduga, perbuatan nekat itu dilakukan karena ada problem di dalam lingkup keluarganya.
"Kami menduga ada problem di dalam lingkungan keluarga, yang terus kami coba dalami dengan teliti," ujarnya saat memberikan penjelasan kepada wartawan di depan Dirkrimum Polda Sumut, Kamis (5/4/2018).
Kapolda juga menambahkan, oknum tersebut benar anggota kepolisian negara.
"Korban adik ipar dari pelaku mengalami luka tembak dan meninggal dunia. Korban Jumingan (33) pekerjaan swasta," jelasnya.
Ditegaskan Kapolda, pelaku membawa senpi dan melapor langsung ke Polrestabes Medan.
Saat penyelidikan saksi ada tiga orang, yaitu istri, ibu pelaku, dan istri dari pelapor.
"Untuk modus dan motif masih dalam pengungkapan oleh pihak kepolisian. Barang bukti yang kami amankan, Senpi, enam selongsong peluru, satu peluru yang bekas dipakai dan KTA. Kami juga sudah melakukan olah TKP, dan menyita barang bukti," tambah Kapolda Sumut.
Sementara korban sedang diautopsi di RS Bhayangkara. Di dalam tubuh korban terdapat ada enam lubang yang diduga tembakan dari pelaku.
Kapolda Irjen Paulus Waterpauw menjelaskan, Izin pelaku ke Medan, ada dari polri namun hal ini masih dalam penyidikan lebih dalam.
"Soal senpi seingat saya seorang anggota polisi seharusnya menitip ke dinas saat berpergian atau sedang tidak bertugas. Untuk yang menggunakan senpi selalu di tes kejiwaan," ujarnya.
Paulus menghimbau untuk tetap patuhi aturan, dan norma-norma di dalam kepolisian.
"Untuk berpergian saya sarankan menitipkan senjata, dan diminta untuk surat izin untuk berpergian. Untuk hasil tes urine, negatif dan begitu juga darah. Untuk pisikologis semua normal," tambahnya.
Kompol Fahrizal merupakan alumni Akpol 2003. Ia ditindak pidana pembunuhan Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana).
Adapun kronologi awal, Paulus menceritakan, ketika pelaku datang, ibu pelaku baru sembuh dari sakit.
Ia baru selesai pijit kaki, dan keluarga lainnya sedang membuat minuman.
Pelaku tiba-tiba melaksanakan aksinya.
Usai melakukan aksi brutal dan kejam, pelaku langsung menyerahkan diri ke Polsek terdekat dan lanjut ke Polrestabes Medan.
Kronologi
Informasi yang dihimpun, dari akun facebook Kompol Fahrizal menuliskan status pulang ke Medan bersama istrinya.
Kemudian, ia sempat memposting foto berada di bandara.
Polisi melakukan pemeriksaan di satu rumah di kawasan Mandala, Medan, Rabu (4/4) malam, yang merupakan TKP penembakan diduga dilakukan seorang oknum polisi terhadap laki-laki yang disebut-sebut sebagai adik iparnya. TRIBUN MEDAN/JEFRI SUSETIO (Handover)
Selama beberapa bulan ini, ia bertugas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjabat Waka Polres Lombok Tengah, NTB.
Kompol Fahrizal diangkat menjadi Waka Polres Lombok Tengah pada Desember 2017. Ia mengganti Kompol H Lalu Salehuddin yang dimutasi sebagai Parik II Itwasda Polda NTB.
Kronologi Versi Polisi
Awalnya, Heny Wulandari, adiknya mempersilakan duduk di rumah.
Mereka sempat bercengkrama bersama ibunya di ruang tamu. Sedangkan, Heny membuat air di dapur.
"Saksi (Heny) sempat melihat Fahrizal memijat ibunya, tapi secara tiba-tiba menodongkan senjata ke arah ibunya. Tapi, korban (Jumingan) langsung melarang dengan berkata “jangan Bang” namun Fahrizal menodongkan senjata api ke korban. Ada dua kali suara letusan,” katanya.
Melihat suaminya bersimbah darah, Heny langsung lari ke dalam kamar dan mengunci kamar lantaran ketakutan.
Bahkan, Fahrizal sempat menggedor pintu kamar. Tapi, ibunya mendatangi sembari menyatakan tidak boleh keluar dari kamar.
Pihak kepolisian sudah meminta keterangan tiga saksi di antaranya Heny Wulandari, dan Agung dan Elly.
Ketiganya merupakan warga Jalan Tirtosari alias masih berhubungan kerabat dengan Kompol Fahrizal. Kini, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan.
Kronologi Versi Warga
Warga Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung terkejut dengan penembakan ini. Warga mengira suara tembakan adalah suara petasan.
Tidak lama kemudian diketahui suara letusan itu berasal dari rumah seorang warga disebut-sebut bernama Sutini.
Apalagi, suara jeritan warga bergema di dari dalam rumah, parmanen.
"Aku pikir mercon, jadi enggak peduli tadi. Cemana-lah tadi habis salat tak enak badan golek-golek di rumah," kata Juraidah (75) warga sekitar saat ditemui Tribun-Medan.com.
Kediaman Juraidah tepat di sebelah tempat kejadian perkara (TKP). Tapi, ia tidak mengetahui peristiwa penembakan itu.
Bahkan, dia keluar rumah saat mendengar ada keramaian di lokasi.
Tidak hanya itu, dia juga mengaku lupa berapa kali suara letusan. Namun, suara itu terdengar begitu keras.
Selain itu, ia tak ingin membeberkan identitas korban penembakan.
"Saya tidak begitu tahu nama korbannya. Soalnya jarang ketemu. Tapi mereka sekeluarga orang baik kok. Kalau istrinya kerjanya guru," ujarnya.
Tidak lama kemudian, petugas kepolisian membawa seorang perempuan dari sebuah warung.
Besar dugaan perempuan itu bernama Sutini alias Heni, istri dari pria berinisial Zumingan alias Zun, korban penembakan.
Heni memasuki rumah dibopong oleh dua oknum polisi berpakaian preman.
Sedangkan, balita yang digendongnya menjerit histeris.
Setiba di depan rumah Heni nyaris pingsan.
"Ini rumah orangtuanya Pak F, mantan Kasat Reskrim Polrestabes Medan. Sekarang tugas di Lombok. Adiknya yang paling kecil tinggal di sini bersama orangtuanya mereka," kata seorang warga berkacamata saat ditemui di depan rumah.
Kini jenazah korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut.
Terlihat beberapa petugas langsung mengavakuasi jasad dengan menggunakan kain dan tandu.
Sementara itu, personil kepolisian telah memasang garis polisi di depan rumah. (Tribun Medan)