Kamu Tak Akan Sanggup, Biar TNI Saja! Keras dan Brutalnya Pelatihan Prajurit Komando
Ada satu ciri khas dalam pendidikan komando yang diselenggarakan oleh pasukan TNI, yakni baik para pelatih maupun siswa
Tak ada yang menolong atau membantunya ketika siswa komando yang berlari terpincang-pincang itu tertinggal di barisan paling belakang.
Pasalnya tidak ada kata mundur dalam pendidikan komando yang dikondisikan dalam peperangan yang sesungguhnya.
Mundur berarti gagal dan dikembalikan ke satuannya menjadi prajurit biasa.
Selain mendapatkan materi latihan tempur di semua medan dan beragam teknik, para siswa komando, juga mendapatkan latihan yang terkesan brutal serta sungguhan, yakni ditangkap sebagai tawanan perang.
Baca: Miliki Kandungan Zat Ini, Ini 10 Manfaat Rambutan Bagi Kesehatan, Nggak Nyangka Kan?
Baca: Jawaban Santai Ketua DPR Soal Fadli Zon Protes Penghargaan DPR untuk Sri Mulyani
Dalam latihan menjadi tawanan di kamp tawanan yang bangunannya dibuat seperti kandang hewan dan tanah berlumpur itu, para siswa komado memang diperlakukan sebagai tawanan perang sungguhan.
Hajaran sampai berdarah-darah tapi terukur merupakan materi ‘’biasa’’ dalam kamp tawanan.
Intinya para siswa komando diperlakukan sebagai tawanan perang selama tiga hari dan harus kuat menghadapi siksaan serta interogasi layaknya seorang tawanan.
Ketika ditawan, umumnya para siswa komando diajarkan untuk sebisa mungkin tidak mengaku sebagai tentara saat diinterogasi.
Pasalnya dalam perang sungguhan dan tertawan, prajurit komando akan mendapatkan interogasi dan siksaan sangat brutal dari tentara musuh.
Tapi sesuau yang lucu tetap saja terjadi di ‘’adegan’’ pelatihan kamp tawanan yang seharusnya garang dan brutal itu.
Misalnya, pelatih sambil menggojlok siswa komando bertanya sambil membentak, ‘’Kamu seorang tentara yaaa...!!?
Siswa komando yang sudah kepayahan pun menjawab tegas,’’Siaaap...! Bukan...!
Rupanya siswa pendidikan komando yang berusaha keras menyangkal dirinya seorang tentara itu, masih belum menyadari jika kata, ‘’Siaaap...!’’ merupakan ciri khas ujaran tentara (TNI).
Jadi selama siswa pendidikan komando masih belum bisa menunjukkan dirinya seolah bukan tentara, gojlokan keras tapi terukur dari pelatihan di kamp tawanan tidak akan pernah berhenti. (intisari.grid.id)