Suku Anak Dalam

Karena Minder, Banyak Warga Suku Anak Dalam Berhenti Sekolah

Berdasarkan data Warsi Provinsi Jambi. sudah ratusan warga Suku Anak Dalam (SAD) yang sudah mengenyam pendidikan.

Penulis: Rohmayana | Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto Karena Minder, Banyak Warga Suku Anak Dalam Berhenti Sekolah
ist
Anak-anak mualaf dari suku anak dalam di Kejasung, Tebo

Laporan Wartawan TribunJambi, Rohmayana

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Berdasarkan data Warsi Provinsi Jambi. sudah ratusan warga Suku Anak Dalam (SAD) yang sudah mengenyam pendidikan.

Namun sayangnya, pendidikan mereka harus terputus di tengah jalan. Bukan hanya faktor ekonomi yang menyebabkan pendidikan SAD terhenti ditengah jalan.

Tapi faktor minder, juga menjadi satu diantara alasannya. Masih banyak warga SAD yang malu saat belajar bersama anak-anak di tingkat kabupaten.

Baca: MENYENTUH - Tolak Diamputasi, Bocah Ini Ingin Menghadap Tuhan dengan Kakinya. Undang Keprihatinan

Mereka minder karena pengetahuan yang jauh berbanding dengan anak-anak kota. Sementara mereka yang menganggap dirinya anak hutan, merasa sudah cukup saat dirinya sudah merasa minder.

"Biasanya kalau sudah bilang malu, besoknya langsung berhenti sekolah," ujar Rudisyaf Ketua Warsi Provinsi Jambi.

Sementara itu, sistem pendidikan pada SAD tidak bisa disamakan pada pendidikan anak pada umumnya. Karena mereka harus dididik dengan guru yang memahami karakteristik anak SAD.

Biasanya anak SAD mampu menyelesaikan pendidikan hanya di tingkat Sekolah Dasar. Namun pada saat tingkat SMP mereka banyak berhenti ditengah jalan.

Karena di tingkat sekolah dasar SAD masih bisa belajar di lapangan. Mereka sering menyebutnya sekolah lapang. Namun pada tingkat SMP mereka harus sekolah di SMP yang terdekat dengan tempat tinggal mereka. Sementara, kehidupan SAD masih nomaden. Sehingga, banyak orang tua SAD yang lebih memilih menyuruh anaknya berhenti untuk sekolah.

Baca: Santai Tapi Serius, Sinsen Berikan Edukasi Safety Riding Ke Pelajar SMK Satria Jambi

Baca: Curiga Ada Gerak-gerik di Semak-semak, Satpol PP Merangin Amankan Pelajar Asyik Berduaan

"Namanya juga tempat tinggal pindah-pindah, kalau mereka tetap sekolah, orang tua tidak bisa mencari makan," ujar Rudisyaf.

Dengan keadaan ini, Rudisyaf Ketua Warsi menyatakan bahwa seharusnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak SAD. Seharusnya guru yang mendatangi daerah-daerah tempat tinggal SAD.

"Agar tingkat pendidikan anak-anak SAD juga meningkat," ujarnya.

Baca: Pembangunan Sejumlah Kawasan Pasar di Bangko Segera Rampung, jadi Megah dan Bersih

Baca: ASTAGA! Tidak Diberi Uang, Pria Ini Bunuh Satu Keluarga Lalu Membakar Rumahnya

Baca: Berdua dalam Lift, Cewek Ini Cepat-cepat Turunkan Celana. Kejadian Selanjutnya Bikin Melongo

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved