Terungkap Ini Pengakuan Ishak, Bekas Anggota Pasukan Cakrabirawa Tentang Pengkhianatan G30S/PKI

Dalam film propaganda Pengkhianatan G30S/PKI, peristiwa penculikan terhadap enam jenderal pada 1 Oktober 1965 oleh pasukan

Editor: rida
bekas anggota pasukan Cakrabirawa Ishak 

Sukitman lantas ikut terbawa ke Istana Negara. Sampai di sana, Sukitman buru-buru meninggalkan Istana.

Sementara Ishak, beberapa jam setelah dari Istana Negara, ditangkap dan dijebloskan ke penjara bersama anggota Cakrabirawa lainnya karena dituduh pendukung PKI.

Belakangan pada 28 Maret 1966, pasukan elit ini dibubarkan.

Ishak lalu dibui di Rutan Cipinang. Sepekan di Cipinang, Ishak kemudian dipindah ke Salemba.

Detik itu juga, hidupnya seakan roboh. Ia pun menyanggah tudingan tersebut.

Sebab sebelum menjadi tentara, Ishak seorang santri dan aktif di Muhammadiyah juga Masyumi.

Di penjara, Ishak diperlakukan tak manusiawi. Makanan yang diberikan terdiri dari jagung pipilan yang direbus.

Seperti Soekarno maupun Soeharto, Aidit adalah juga sebuah nama yang dalam gelombang sejarah sempat terlambung sebelum terempas
Seperti Soekarno maupun Soeharto, Aidit adalah juga sebuah nama yang dalam gelombang sejarah sempat terlambung sebelum terempas ()

Kadang, jagung itu disebar di halaman penjara dan para tahanan memunguti satu persatu.

Agak beruntung, karena Ishak tak disiksa habis-habisan seperti tahanan lain lantaran dianggap kooperatif saat ditangkap.

“Ya saya mengajar agama langsung. Di Salemba juga saya mengajar agama. Jadi tidak ada yang mengira. Ini pasti korban fitnah. Orang salut dengan saya. Baik dengan saya. Karena saya kaum santri. Sampai sekarang pun saya masih kadang mengajar mengaji. Ya tahun 1978, keluar. Jadi di luar, lain dengan orang-orang lainnya mungkin ya (Cakrabirawa lain). Jadi waktu keluar, saya pun disambut alumni. ‘Aduh, ini Pak Is,” tutur Ishak.

Hingga di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), Ishak dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Selama di bui, tahanan hanya mendapat setengah gelas jagung rebus per hari sebagai makanan.

Perlakuan semacam ini, berlangsung kurang lebih tiga tahun pada 1965-1968. Akibatnya, bobot tubuh Ishak melorot drastis.

Dari sebelumnya 75 kilogram menjadi 40. Persis tulang berbalut kulit.

“Saya menyadari, bahwa siksaan-siksaan itu pasti menimpa kepada kita, orang yang kalah. Saya dikasih makan itu jagung. Disebari. Kemudian kita punguti. Kalau mau minum itu ya, air selokan, di situ. Disedot dengan batang daun pepaya. Maka, saat itu, zaman antara tahun 1965-1966, mungkin tiap hari ada orang yang mati, 15 orang, 15 orang, itu kan orang sipil banyak yang mati, tiap hari ada yang mati, kadang 10 orang. Beri-beri, kutu rambut, tinggi, itu sudah merambat semua. Bobot tubuh saya yang tadinya 75 itu tinggal 40 kilogram kok,” tuturnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved