Waspada Bencana

9 Titik Rawan Bencana di Bungo, Dua Diantara Bahaya Banjir Bandang

Ada sembilan titik rawan bencana banjir di Kabupaten Bungo, warga di sembilan titik ini diminta

Penulis: Awang Azhari | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI/AWANG AZHARI
Warga yang terpaksa meniti jembatan gantung di Dusun Tebat Lamo Kecamatan Muko-muko Bathin VII, Bungo, Rabu (2/3). Akibat banjir besar yang melanda Bungo jembatan gantung mengalami kerusakan. Padahal jembatan tersebut merupakan akses masyarakat untuk mencari mata pencaharian. 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Ada sembilan titik rawan bencana banjir di Kabupaten Bungo, warga di sembilan titik ini diminta waspada karena sudah‎ mendekati puncak musim hujan.

Kepala BPBD Kabupaten Bungo, Indones menyebut sembilan titik itu diantaranya Dusun ‎Tanjung Belit, Pulau Jelmu,‎ Batu Kerbau, Baru Pelepat. Kemudian Dusun Rantel, Dusun Danau, Padang Pelange, Dusun Lubuk, dan Dusun Muara Kuamang.

Banjir di sembilan titik ini bisa datang secara tiba-tiba baik siang maupun malam dengan ketinggian satu satu sampai dua meter, bahkan bisa lebih.

Karena itu, Indones menghimbau masyarakat khususnya kelompok rentan. Antara lain orang tua, anak-anak, dan ibu hamil yang berada di daerah aliran sungai (DAS) mengurangi aktivitas di bantaran sungai.

"Kemudian masyarakat segeralah memanen, baik padi atau jenis pertanian lain di dekat kawasan sungai, maupun ikan," kata Indones kepada Tribun, Kamis (17/11).

‎Selanjutnya dari sembilan titik itu, ada dua titik dianggap paling harus diantisipasi karena banjir di dua titik ini berbentuk air bah atau banjir bandang.

"Banjir bandang paling rawan di Tanjung Belit, ini terjadi hampir setiap tahun. Kemudian yang baru terjadi pertama kali namun parah ada di Batu Kerbau," ulas Indones.

‎Diketahui Batu Kerbau Kecamatan Pelepat tahun lalu diterjang banjir bandang dengan tinggi air lebih tiga meter. Tercatat 40 rumah rata dengan tanah atas musibah itu dan beberapa jembatan gantung putus.

‎Sehingga tak menutup kemungkinan banjir bandang di Batu Kerbau kembali terjadi tahun ini, mengingat kontur sungai yang sudah jauh berubah setelah marak aktivitas penambang emas tanpa izin (PETI).

"Permasalahannya sungai di Batu Kerbau itu sudah sangat dangkal, ada pulak aktivitas PETI, sehingga saat hujan lebat sungai tidak mampu menampung," papar Indones.

Pihak BPBD memprediksi, puncak musim hujan akan ‎berlangsung Desember sampai Januari. "Kita sudah bersiap sejak sekarang, TRC 45 orang sudah siaga, kemudian semua peralatan baik tenda atau kebutuhan penyelamatan sudah di atas mobil semua," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved