EDITORIAL
Menagih Janji Sirkuit Balapan Permanen di Jambi
HINGGA sekarang Kota Jambi, dan beberapa daerah kabupaten lainnya se-Jambi belum memiliki sirkuit permanen untuk arena adu
Penulis: ridwan | Editor: ridwan
HINGGA sekarang Kota Jambi, dan beberapa daerah kabupaten lainnya se-Jambi belum memiliki sirkuit permanen untuk arena adu ketangkasan balapan motor. Janganlah heran anak-anak remaja selalu kucing-kucingan dengan aparat kepolisian untuk "tarik-tarikan" alias kebut-kebutan di jalan umum (public road). Even-even balap atau road race yang pernah dilaksanakan selalu menggunakan sirkuit Non Permanen (NP), memanfaatkan kompleks perkantoran.
Selama ini kegiatan balapan liar bisa kita saksikan di arena eks MTQ. Tapi sejak ada pengembangan terminal Bandara Sultan Thaha, maka bergeser ke jalan baru yang disebut kawasan Simpang PU. Sedangkan untuk wilayah Telanaipura, ruas Jalan Ahmad Yani Komplek Perkantoran Pemprov Jambi menjadi lokasi langganan balapan liar.
Tiap Sabtu malam roda-roda gila dari puluhan bahkan seratusan motor dari berbagai jenis unjuk kebolehan di sini. Tidak jarang aktivitas balapan liar tersebut jatuh korban jiwa, karena kecelakaan tunggal maupun tertabrak antara para pebalap. Walaupun sering aparat kepolisian turun ke lokasi untuk menghentikan aktivitas berbahaya tersebut, tapi hal itu belum cukup. Karena setelah Pak polisi pergi, mereka turun lagi. Itulah yang disebut kucing-kucingan.
Sebetulnya untuk selevel Provinsi Jambi yang punya banyak bakat-bakat pebalap, sudah sepantasnyalah memiliki sirkuit permanen. Dan itu mestinya cepat direspon oleh kota Jambi sebagai etalase, dan juga ibukota Provinsi Jambi. Tapi, sirkuit permanen yang pernah dijanjikan oleh petinggi di Jambi, belum realisasi.
Sebut saja Bambang Priyanto (mantan Wali Kota Jambi), pada final kejuaran daerah Wali Kota Cup seri pertama motor prix pada 2013, dia pernah berjanji akan membangun sirkuit permanen. Kata dia waktu itu, sedang dicari lokasi. Bagaimana dengan penerus Bambang, apakah bisa merealisasikan janji tersebut.
Malahan mantan Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus pun saat membuka Kejurnas Motor Prix Region 1 Seri 3 Sumatera pada 2015 di Muara Bulian, dia berjanji mau membangun sirkuit permanen di Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. Dan faktanya sampai sekarang kita belum melihat tanda-tanda mau dibangun sirkuit di Sungai Gelam.
Nah, itulah sekelumit janji-janji pejabat kita baik yang sudah tidak berkuasa lagi, maupun masih berkuasa. Sepintas keberadaan sirkuit permanen tidak prioritas nian, tapi kalau ditelisik lagi lebih dalam, maka dirasakan perlu. Betapa tidak, lihatlah dampak yang terjadi manakala tidak ada sirkuit. Mereka (pebalap) mengambil jalan pintas manfaatkan arena jalan publik untuk menggeber gas motornya. Ini tentunya sangatlah berbahaya bagi masyarakat umum.
Keberadaan sirkuit permanen rasanya wajib ada terutama di ibukota provinsi. Bagaimanapun juga, even-even tingkat daerah maupun tingkat nasional yang digelar tidak pantas lagi dilaksanakan di sirkuit Non Permanen (NP) menggunakan komplek perkantoran atau apalah. Apalagi Kota Jambi yang mau menuju kota ceras (smart city), agak janggal kedengarannya belum punya sirkuit permanen.
Dari pebalap liar itu, mungkin ada di antaranya yang bisa diandalkan untuk memperkuat Jambi di even nasional. Bukankah pebalap-pebalap andal yang pernah mengharumkan Indonesia di kancah internasional berangkat dari pebalap liar?.
Ya, kita tidak muluk-muluk seperti itu. Paling tidak dengan adanya sirkuit permanen, mereka tidak lagi kebut-kebutan di jalan umum yang bisa menimbulkan risiko kecelakaan. Mudah-mudahan sajalah, janji-janji Bapak-bapak kita tadi bisa terealisasi sesegera mungkin. Sehingga tidak ada lagi sebutan pebalap liar. (*)