Jelajah Kuliner

Mabuk Kepayang dengan Gangan Kluwak

ANDA mungkin pernah mendengar istilah mabuk kepayang, kata yang digunakan untuk menggambarkan seseorang

Penulis: wahid | Editor: Fifi Suryani
TRIBUN JAMBI/ALDINO

TRIBUNJAMBI.COM - ANDA mungkin pernah mendengar istilah mabuk kepayang, kata yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sedang jatuh cinta akut. Kenapa kepayang? Buah kepayang mentah mengandung asam sianida yang tinggi sehingga mampu membuat kepala pusing bila memakannya. Namun, jika diolah secara benar, maka kepayang mampu memberikan sensasi tersendiri dalam sebuah masakan.

Dalam masyarakat Muaro Jambi, keberadaan kepayang cukup menentukan cita rasa Gangan Kluwak, makanan khas yang masih eksis hingga saat ini. Kluwak memiliki tampilan mirip dengan rawon, hanya saja gangan Kluwak berkuah lebih kental. Campuran bahannya pun lain, bila rawon berbahan daging, Kluwak berbahan ikan.

Menyantap gangan Kluwak di tepian sungai Batanghari dengan usapan angin yang lembut merupakan kenikmatan tiada tara. Bila sedang mengunjungi candi Muaro Jambi, tak ada salahnya Anda mencicipi makanan khas yang satu ini. Satu tempat yang bisa Anda datangi untuk menemukan masakan ini adalah warung kopi milik Shafina yang terletak di tepian sungai Batanghari.

Untuk sampai di warung mungil ini, Anda harus menyisir desa Muaro Jambi, yang berada di dalam kompleks percandian. Menyusuri jalan selebar tiga meter sepanjang desa ini sama menariknya, karena di desa ini Anda akan menemukan sentra-sentra kerajinan masyarakat setempat, mulai ukiran, anyaman hingga batik. Warga setempat juga menyulap rumah mereka sebagai home stay bagi pengunjung yang hendak menginap.

Nah, warung kopi Shafina terletak persis di sebuah simpang tiga komplek home stay tersebut. Warung ini terlihat seperti warung-warung kecil lainnya yang ada di kawasan tersebut. Hanya saja, di tempat ini Anda berkesempatan menemukan masakan asli Muaro Jambi. Masakan yang barangkali tidak akan Anda temukan di restoran atau rumah makan yang ada di Jambi.

Akhir Maret lalu, Tribun sempat singgah dan mencicipi masakan yang satu ini. Dengan cekatan, Shafina meracik bumbu, kemudian mengolahnya bersama bahan-bahan lainnya. Aroma sedap pun langsung tercium tak lama setelah ia sibuk dengan penggorengan.

Bumbu yang digunakan untuk membuat seporsi gangan Kluwak terbilang sederhana, yakni sereh, laos, jahe, cabai merah atau cabai rawit, bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, dan tentu saja kepayang. Kepayang ini selain memunculkan warna pekat, juga menentukan rasa asam.

“Kalau orang bikin tempoyak kan masuk bumbu tempoyak, kalau ini kepayang. Buahnya harus dibersihkan dulu, dibuka kulitnya dipotong baru diambil, dimasukin air baru digiling dihaluskan,” kata Shafina.

Setelah bumbu-bumbu tersebut dihaluskan, langkah selanjutnya adalah menumisnya. Bila sudah cukup kering, barulah masukkan air dan ikan segar yang sudah dibersihkan. Ikan yang biasa dijadikan campuran utama olahan ini adalah ikan toman, ikan bujuk, dan juga ikan gabus. Ikan

“Masaknya nggak lama, sekitar sepuluh menit. Kalau kira-kira ikannya sudah matang, sudah,” ucapnya.

Gangan Kluwak memiliki rasa yang unik, asam dan gurih dengan sensasi bumbu yang terasa. Makanan ini cocok disantap bersama nasi putih. Di tempat ini, seporsi gangan Kluwak bisa Anda nikmati dengan harga Rp 15 ribu saja seporsinya. 

Bahan

1. Sereh

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved