Jelang Ujian Nasional
Bila Lulus SMA, Melly Tolak Coret Seragam
TRIBUNJAMBI.COM - Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada budaya tak baik pasca pelaksanaan ujian nasional
Penulis: muhlisin | Editor: Rahimin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muhlisin
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada budaya tak baik pasca pelaksanaan ujian nasional (UN). Kebudayaan dimaksud adalah corat-coret baju seragam sekolah.
Biasanya, begitu usai mengikuti ujian mata pelajaran terakhir, para siswa mulai kasak-kusuk. Masing-masing sudah bersiap dengan cat somprot aneka warna. Baju seragam, bahkan rambut, menjadi sasaran.
Bukan hanya sekedar cat semprot, spidol juga dimanfaatkan untuk mencoret seragam. Mulai tanda tangan sesama siswa, hingga tulisan-tulisan dengan berbagai pesan dituliskan.
"Kami menolak itu--coret seragam---. Bersama beberapa teman, kami mulai kampanyekan untuk mengajak siswa lainnya untuk tidak mencoret baju," ujar Melly, siswi sebuah SMA di Muara Bungo, Kamis (28/3).
Melly mengatakan, ia sudah punya rencana terkait seragam sekolah usai UN. Rencananya ia akan minta rekan-rekannya untuk mengumpulkan seragam yang masih layak pakai. Kemudian didonasikan kepada pihak yang membutuhkan.
Demikian pula Rio, rekan Melly. Selain soal mencoret baju seragam, Rio juga menyoroti kebiasaan konvoi kendaraan bermotor pasca UN. Biasanya, ratusan bahkan ribuan siswa yang selesai melaksanakan UN, berkonvoi di jalan raya dengan sepeda motor.
Hal ini bukannya tak menimbulkan masalah. Bahkan tahun-tahun sebelumnya pernah memakan korban jiwa. Menurut Rio, hal seperti itu tidak boleh lagi terjadi pada UN kali ini.
"Tidak hanya sebelum ujian kita minta doa orang tua. Setelah ujian juga demikian, semoga lulus. Jadi kita akan ajak kawan-kawan segera pulang begitu selesai ujian," ujarnya.
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada budaya tak baik pasca pelaksanaan ujian nasional (UN). Kebudayaan dimaksud adalah corat-coret baju seragam sekolah.
Biasanya, begitu usai mengikuti ujian mata pelajaran terakhir, para siswa mulai kasak-kusuk. Masing-masing sudah bersiap dengan cat somprot aneka warna. Baju seragam, bahkan rambut, menjadi sasaran.
Bukan hanya sekedar cat semprot, spidol juga dimanfaatkan untuk mencoret seragam. Mulai tanda tangan sesama siswa, hingga tulisan-tulisan dengan berbagai pesan dituliskan.
"Kami menolak itu--coret seragam---. Bersama beberapa teman, kami mulai kampanyekan untuk mengajak siswa lainnya untuk tidak mencoret baju," ujar Melly, siswi sebuah SMA di Muara Bungo, Kamis (28/3).
Melly mengatakan, ia sudah punya rencana terkait seragam sekolah usai UN. Rencananya ia akan minta rekan-rekannya untuk mengumpulkan seragam yang masih layak pakai. Kemudian didonasikan kepada pihak yang membutuhkan.
Demikian pula Rio, rekan Melly. Selain soal mencoret baju seragam, Rio juga menyoroti kebiasaan konvoi kendaraan bermotor pasca UN. Biasanya, ratusan bahkan ribuan siswa yang selesai melaksanakan UN, berkonvoi di jalan raya dengan sepeda motor.
Hal ini bukannya tak menimbulkan masalah. Bahkan tahun-tahun sebelumnya pernah memakan korban jiwa. Menurut Rio, hal seperti itu tidak boleh lagi terjadi pada UN kali ini.
"Tidak hanya sebelum ujian kita minta doa orang tua. Setelah ujian juga demikian, semoga lulus. Jadi kita akan ajak kawan-kawan segera pulang begitu selesai ujian," ujarnya.
Berita Terkait