Jangan Ceritakan Mimpi ke Orang Lain, Ini Alasan Ilmiahnya

Teori ini juga mendukung adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Contohnya adalah ketika Anda mendapat mimpi buruk ketika sedang merasa khawatir

Editor: Duanto AS
nasa.gov
Ilustrasi. 

TRIBUNJAMBI.COM - Temuan baru seorang profesor di Institute of Cognitive Science, Carleton University, bernama Jim Davis, ini akan membuat kita sangat terkejut.

Pada dasarnya temuan itu mengingatkan kepada kita untuk jangan pernah menceritakan mimpi kita kepada orang lain. Ia pun punya alasan ilmiahnya.

Mula-mula, melalui penelitiannya, Jim memaparkan dua teori mengapa kita bermimpi dan mengapa mimpi itu terasa begitu menarik untuk diceritakan.

Yang pertama, teori aktivasi-sintesis yang berkata bahwa mimpi merupakan interpretasi dari aktivitas acak syaraf tulang belakang dan otak kecil oleh otak depan kita.

Terkadang informasi tersebut bisa kacau dan menyebabkan mimpi Anda menjadi sangat aneh.

Teori ini juga mendukung adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Contohnya adalah ketika Anda mendapat mimpi buruk ketika sedang merasa khawatir di dunia nyata.

Bukannya merasa khawatir karena mimpi buruk tersebut, kekhawatiran justru membuat Anda bermimpi buruk

Teori kedua adalah mimpi sebagai persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam.

Jim bilang, ada beberapa bukti yang menguatkan teori ini, misalnya emosi mimpi yang biasanya negatif dan topik mimpi yang berkutat pada ancaman nenek moyang seperti jatuh, dikejar, bencana alam, dan lain-lain..

“Elemen-elemen menakutkan ini lebih banyak terlihat dalam mimpi daripada kehidupan sehari-hari. Banyak orang bermimpi dikejar hewan, tetapi seberapa seringkah hal ini terjadi di dunia nyata?” ujar Jim.

Lalu kenapa kita suka menceritakan mimpi kita kepada orang lain?

Menurut Jim, salah satu alasannya adalah kepercayaan bahwa dua kepala lebih baik daripada satu ketika menghadapi suatu masalah, termasuk yang Anda lihat di dalam mimpi.

Melalui diskusi, Anda secara tidak langsung berusaha untuk mempersiapkan diri bila menghadapi situasi serupa di dunia nyata.

Bias negativitas juga berpengaruh dalam hal ini.

Manusia memang secara alamiah akan lebih perhatian terhadap hal-hal yang negatif dan berbahaya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved