Puluhan Ribu Rumah Belum Memiliki WC, Pembuangan Masih di Jamban Helikopter pinggir Sungai
Belum semua rumah tangga di Sidoarjo memiliki jamban atau tempat pembuangan air besar yang memadai. Khususnya, warga kurang mampu
Puluhan Ribu Rumah Belum Memiliki WC, Pembuangan Masih di Jamban Helikopter pinggir Sungai
TRIBUNJAMBI.COM - Belum semua rumah tangga di Sidoarjo memiliki jamban atau tempat pembuangan air besar yang memadai. Khususnya, warga kurang mampu yang tinggal di bantaran sungai.
Seperti di bantaran sungai Pelayaran di Desa Ngelom, Kecamatan Taman. Di sana, banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk kebutuhan buang air besar.
"Caranya dengan membangun jamban sementara atau sering disebut jamban helikopter. Yang hanya ditutup kayu, dan kotoran langsung dibuang ke sungai," kata Deputy Chief of Party (DCOP)/Program USAID IUWASH, Alifah Lestari.
Kondisi itu diakui oleh Kepala Dinas Perumahan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang Sulaksono, Sulaksono.
Baca: Kasus Bidan Masukkan Timun ke Kemaluannya, Ingat Wanita Jangan Pernah Masukkan Ini ke Organ Intim
Baca: Gubernur Jambi Dukung BPS Hasilkan Data Berkualitas
Menurut dia, dari data yang dihimpun, terhitung ada sebanyak 28.081 rumah tangga di Sidoarjo yang belum memiliki jamban. Atau sekitar 17,5 persen dari total 2,2 juta penduduk Sidoarjo.
Disebutnya bahwa rumah tangga yang belum punya jamban itu mayoritas merupakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Warga terpaksa membangun rumah di bantaran sungai karena tidak mampu membeli perumahan," sebut dia.
Untuk mengatasi persoalan itu, pemkab membuat sejumlah solusi. Bagi warga yang belum memiliki jamban, secara bertahap pemkab membangun jamban di sejumlah wilayah. Targetnya di tahun 2021 seluruh rumah tangga memiliki jamban.
Selain ketersediaan jamban, persoalan sanitasi di Sidoarjo juga terkait air limbah domestik. Menurut Sulaksono, banyak temuan air sumur yang tercemar karena bakteri coliform masuk ke dalam sumur.
Dari hasil penelitian di beberapa sumur warga, jumlah bakteri coliform mencapai 2400 MPN/100 ml. Angka tersebut disebut 50 kali lipat dari ambang batas 50 MPN/100 ml.
Baca: Rocky Gerung Menertawakan Ali Ngabalin saat Disebut Jadi Sosok yang Menyenangi Partai-Partai Kubu 02
Baca: Kasus Siswa Diusir Saat Ujian, Dinas PPPA Jambi Akan Temui Dinas Pendidikan
"Pencemaran sungai itu disebabkan migrasi bakteri yang berasal dari septic tank. Lantaran jarak tampungan kotoran itu berdekatan dengan sumur. Kurang dari 10 meter," urainya.
Terkait persoalan ini, pihaknya juga mengaku menyiapkan beberapa solusi guna mengurangi pencemaran. Termasuk mewajibkan pengembangan perumahan membangun tempat air limbah domestik.
Yakni penampungan yang bentuknya terpusat atau semacam septiktanc bersama. Satu perumahan satu. "Program itu sudah disosialisasikan. Namun, khusus bagi pengembangan perumahan baru. Syarat itu harus terpenuhi," lanjut Sulaksono.
Di Sidoarjo ada empat pemukiman yang sudah menjalankan program tersebut. Sebagai pilot project. Yaitu di desa Krian, desa Tambak Kemerakan, Desa Tambak Sawah, serta Desa Kemangsen.