Sejarah Indonesia
Soeharto Nyaris akan Menembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya, Kalimat Ini Terucap
Soeharto Nyaris akan Menembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya, Kalimat Ini Terucap
Soeharto Nyaris akan Menembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya, Kalimat Ini Terucap
TRIBUNJAMBI.COM - Pernah terjadi dalam sejarah Indonesia, Soeharto berani menodongkan pistol ke kepala seorang perwira TNI.
Perwira TNI itu adalah bawahan Soeharto yang nyaris saja ditembak kepalanya.
Soeharto yang sudah sangat marah memanggil perwira tersebut dan menodongkan pistol ke kepala sang perwira
Kemarahan Soeharto pernah memuncak kepada seorang perwira TNI di kala dirinya masih menjabat sebagai Pangkostrad TNI.
Sosok perwira itu diketahui adalah Herman Sarens.
Baca: Bak Film Captain Philips, Kisah Denjaka Habisi Perompak Somalia Secepat Kilat Kala Selamatkan WNI
Baca: Clearance Sale, Matahari Lippo Plaza Jambi Beri Potongan Harga Hingga 75 Persen
Baca: Anggota Kopassus Ini Bertahan Hidup dengan Pura-pura Mati Disamping Jasad Rekannya, Sosok Ini Datang
Baca: Lagi Promo, Hypermart WTC Batanghari Beri Diskon 40 Persen untuk Mainan Anak
Meski dikenal sebagai orang dekat Soeharto, namun Herman Sarens nyaris saja tinggal nama ditembak oleh Pak Harto.
Kepalanya nyaris diterjang peluru oleh tangan Soeharto sendiri.
Bagaimana mungkin?
Herman Sarens menuturkannya dalam manuskrip otobiografi berjudul Cerita Seorang Tentara: Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro.
Ceritanya, bermula pada pukul 09.00 pagi, 2 Oktober 1965, ketika Herman sedang mandi dirumahnya di Jalan Daksa Kebayoran Baru.
Tiba-tiba sang istri menggedor pintu dari luar.
Ternyata ada telepon penting dari markas Kostrad.
Baca: Di Luar Rumah Saat Hujan Deras, Warga Pemayung Tewas Tersambar Petir
Baca: Kurangi Jumlah TPS, KPU Batanghari Akan Lakukan Regrouping Saat Pilkada Serentak
Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto memerintahkan Herman agar segera menghadap dirinya.
Di markas Kostrad, Herman menuju ke ruang kerja Soeharto.
Setelah memberi salam hormat, Soeharto mempersilahkan Herman duduk.