Kisah Militer
Tim Halilintar Kopassus di Kalimantan, 'The Master of Intelligence' Merayapi Sarang Ular Kobra
Penangkapan pemberontak ini cukup sulit. Beberapa anggota Kopassus ini harus merayap sejauh 4,5 Km, melewati sarang ular kobra.
Penangkapan pemberontak ini cukup sulit. Beberapa anggota Kopassus ini harus merayap sejauh 4,5 Km, melewati sarang ular kobra.
TRIBUNJAMBI.COM - Satu di antara sosok intelijen TNI yang legendaris adalah AM Hendropriyono.
AM Hendropriyono mendapat julukan "The Master of Intelligence". Diapernah menjabat Kepala Badan Intelijen Negara.
Tapi tahukah bahwa Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono merupakan mertua Jenderal Andika Perkasa yang saat ini menjabat Kepala Staf Angkatan Darat?
Ternyata, kedua jenderal itu sama-sama berlatar belakang prajurit Kopassus.

Mertua Jenderal Andika Perkasa adalah AM Hendropriyono yang dijuluki "The Master of Intelligence". Dia pernah menjabat Kepala Badan Intelijen Negara.
Ada cerita menarik tentang AM Hendropriyono saat masih berpangkat kapten, sekira 1970-an.
Baca: Lima Hari Tidur di Antara Mayat, Anggota Kopassus Kaget karena Orang-orang Ini Muncul Menyelamatkan
Baca: Rahasia Kopassus Benny Moerdani Serbu Pekanbaru hanya 5 Orang, Ini Jimat Cerdas
Baca: Profil Profesor Intelijen Kopassus dan Profesor Siber Polri, Sama-sama Pangkat Jenderal Senior
Baca: Perampokan Rumah Mewah Pak Haji Depan SPBU Beringin, Orang Sekitar Tak Sadar Rampok Beraksi
Baca: Waspada Modus Pelaku Pembobolan ATM, Mengganjal Lalu Memperdayai Korban dan Pura-pura Menolong
Saat itu, Hendro dan Puspassus (nama sebelum Kopassus) dikirim untuk operasi penumpasan pemberontak di Kalimantan.
Kisah berikut ini, saat seorang prajurit harus saling bunuh dengan gerilyawan Kalimantan.
Dilansir TribunJambi.com dari Intisari, buku berjudul Operasi Sandi Yudha, ditulis Jenderal Purn AM Hendropriyono, memuat kisah hebat prajurit TNI. Buku berjudul Menumpas Gerakan Klandestin, diterbitkan Penerbit Buku Kompas pada 2013.
Buku itu mengisahkan operasi militer pasukan elite Puspassus (cikal bakal Kopassus) melawan gerombolan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku), pada 1968-1974.
Keberanian prajurit Kopassus dalam membela dan mengamankan NKRI tak perlu diragukan lagi. Prajurit mempersembahkan jiwa dan raga untuk Tanah Air.
Satu di antara yang menarik yaitu upaya penangkapan petinggi PGRS/Paraku dengan jabatan Sekretaris Wilayah III Mempawah Siauw Ah San.
Tim Halilintar pimpinan Kapten Hendropriyono mendapatkan informasi tentang Ah San dari Tee Siat Moy, istrinya yang berkhianat.

Siat Moy mau membantu TNI dengan syarat Ah San tak dibunuh.