Ayah Hanya Sopr Truk Tapi Mampu Sekolahkan Anaknya Di UGM Hingga Amerika Serikat
Ini menjadi kisah inspiratif bagaimana dalam kesederhanaan, pendampingan orangtua mampu mengubah kondisi dari keterbatasan menjadi kemungkinan untuk
TRIBUNJAMBI.COM- Perjuangan orang tua dalam membesarkan anaknya memang tak bisa di pungkiri.
Segala macam akan dikorbakan agar anak tumbuh dan kembang.
Apalagi jika soal pendidikan, keinginan orang tua pasti ingin anaknya mendapatkan pendidikan terbaik.
Termasuk kedua orang tua ini Benny Wijaya (50) dan Siti Aminah (45).
Meski keduanya bukan lulusan perguruan tinggi.
Tapi memberikan pendidikan anaknya berkualitas.
Ini menjadi kisah inspiratif bagaimana dalam kesederhanaan, pendampingan orangtua mampu mengubah kondisi dari keterbatasan menjadi kemungkinan untuk meraih kesempatan yang lebih tinggi.
Sang ayah, Benny hanyalah lulusan SD di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, dan kini bekerja sebagai supir truk pasir.
Sedangkan Aminah hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas dua sekolah dasar di Situbondo, Jawa Timur, yang saat ini membantu ekonomi keluarga dengan membuka warung nasi sederhana di beranda rumahnya di Desa Ketapang Daya, Madura, Jawa Timur.
Baca: HUT ke-8 Siloam Hospital Jambi, Tribun Jambi Ucapkan Selamat Ulang Tahun
Baca: LOWONGAN KERJA - PT PELNI Buka Lowongan, Gajinya Gaji Rp 4,3 Juta Golongan IC
Baca: Digelar Sebentar Lagi, Waspadai Deretan Modus Penipuan Penerimaan Mahasiswa Baru Nomor 4 Wajib
Dilansir dari forum Sahabat Keluarga, Aminah bercerita dirinya selalu menjaga komunikasi dengan guru anak-anaknya.
Komunikasi Dengan Guru
”Saya sering sengaja ketemu gurunya anak-anak untuk memantau perkembangan anak. Kalau nilai kurang saya minta nasihat apa yang harus saya lakukan sebagai orangtua. Saya juga minta kalau ada kegiatan di sekolah, anak saya tolong diikutsertakan,” ungkapnya.
Aminah juga selalu minta nomor telepon dan alamat gurunya untuk memantau kegiatan yang dilakukan anaknya di sekolah. Bukan hanya saat anak duduk di bangku SD, tapi sampai saat anak sudah di SMP dan SMA.
”Sebelum punya handphone, saya sengaja jalan kaki ke rumah gurunya untuk memastikan keberadaan anak-anak yang katanya waktu itu sedang kerja kelompok,” tutur Aminah.