Kopi Pagi
Debat Kedua Pilpres Sudah Usai, Cari Pemimpin yang Bukan Pemimpi
Ada dua tipe pemimpin, yakni transformasional dan transaksional. Manakah yang layak kita pilih?
Penulis: Dodi Sarjana | Editor: Dodi Sarjana
DEBAT kedua Calon Presiden RI, tadi malam (Minggu, 17/02/2019) sudah digulirkan dengan lancar. Sukses, lebih menarik, dan lebih “memenuhi” esensi debat yang sebenarnya. Baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sudah mulai berani keluar dari kungkungan keadaan.
Masing-masing mulai tanpa sungkan mendebat pendapat lawannya. Itulah makna debat calon presiden yang sesungguhnya. Dua calon presiden kita itu juga menyentuh isu penting terkait kehidupan, meski belum secara detil.
Dalam debat kemarin, mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Model atau cara debat yang baru dan gaya berdebat keduanya dinilai lebih dinamis dan berkualitas.
Meski belum optimal, keduanya sudah mampu mengeksplorasi gagasan dan menawarkan inovasi untuk menjawab persoalan kehidupan bangsa ke depan. Terkait revolusi industri 4.0, misalnya, Jokowi mendorong pentingnya pembangunan sumber daya manusia untuk menyambut revolusi tersebut.
Baca: Sempat Heboh, Nama Bayi Ini Gunakan Nama Capres dan Cawapres Indonesia, Ternyata Ini Alasannya
Baca: Pentas Teater Unik Pakai Barang Bekas, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing Disuguhkan 3 Hari
Baca: Analisa Gestur Debat Pilpres, Jokowi Puas Ungkap Tanah Prabowo, Prabowo Tak Sabar Ingin Memimpin
Sementara Prabowo mengatakan tantangan revolusi tersebut akan sulit dicapai jika pemerintah belum bisa menjamin kesejahteraan petani dan menjamin harga pangan terjangkau.
Dalam beberapa hal, keduanya sebenarnya mempunyai visi perekonomian yang nyaris sama. Oleh karenanya dalam debat tersebut, Prabowo sempat tanpa sungkan-sungkan menyatakan apreasianya atas pencapaian Jokowi dan menyatakan tak perlu diperdebatkan lebih lanjut.
Memang suasana debat kali ini lebih santai dan keduanya nampak “mesra” usai tayangan debat langsung. Yang justru ramai dan sengit adalah debat sambungan yang dilakukan para netizen pendukung masing-masing calon presiden.
Berbeda dengan calon presiden, perdebatan mereka di medsos cukup panas dan nyaris liar.
Baca: Skor Debat Kedua Pilpres 2019, Siapa yang Menang Telak? Ini Beberapa Faktor yang Bikin Unggul Jauh
Baca: Hari Pertama Fachrori Umar Bekerja, Ini Daftar Kegiatan yang Dilakukan Senin (18/2)
Baca: Kondisi Bungo pada Januari 2019, 6 Hal yang Mempengaruhi Inflasi 0,29 Persen
Di media sosial, bertebaran statemen-statemen tentang materi debat dari ahli dadakan di bidang politik, sosial, ekonomi. Bahkan ahli gestur tubuh yang membaca bahasa tubuh Jokowi dan Prabowo saat berdebat juga mendadak bermunculan.
Tentu, masing-masing ahli dadakan tersebut di atas memberikan statemen yang saling mengunggulkan calon mereka masing-masing. Bagimana kondisi sebenarnya, kita masing-masing punya ukuran penilaian sendiri.
Pilih Dari Hati
Debat capres, tadi malam adalah yang kedua kali dilakukan. Dalam dua kali perdebatan tersebut, kita semua menjadi semakin tahu apa yang menjadi visi misi calon Presiden Joko Widodo dan calon Presiden Prabowo Subianto
Baca: Dua Putra Jokowi Ikut Berkomentar, Netizen Bilang Mama Gisel Jadi Unicorn, Jawaban Gibran Singkat
Baca: Ramai Bahas Unicorn, Jambi Pernah Lho Punya Start Up Ojek Online
Baca: VIDEO VIRAL: Tamu Dibawa Pakai Perahu saat Pelaminan Pernikahan Kebanjiran, Pesta Jalan Terus
Keduanya telah dengan baik mengeluarkan buah pikiranya mengenai pemerintahan di masa depan yang menjadi harapan mereka. Melengkapi pemaparan visi misi saat perdebatan pertama, dalam debat kedua, keduanya sama-sama memiliki tujuan mulia untuk mengangkat perekonomian Indonesia agar semakin unggul dibanding negara lain.
Namun, sebelum kedua visi tersebut benar-benar membius, kita semua sangat berharap visi tersebut benar-benar dimunculkan dari dalam hati yang paling dalam, paling jernih, dan tulus.
Dengan demikian, manakala salah satu diantara mereka nantinya terpilih menjadi Presiden RI, tidak lupa akan janji dan mimpi-mimpinya di saat debat dan berkampanye.
Bagi kedua calon presiden, mengejar impian menjadi orang nomor satu di Indonesia merupakan hal yang wajar dan sah dalam proses berdemokrasi. Sah pula ketika mereka berdua mengobral janji untuk menarik simpati para calon pemilih.